Minggu, 27 Oktober 2013

Perjalanan Baru

Perjalanan kembali ke medan perang hari ini terasa jauh berbeda. Pertama, kini tungganganku lebih tangguh dan gagah. Sepanjang jalan, aku tak merasa lelah duduk. Kedua, rasanya aku semakin terlihat lebih besar dengan si klasik itu. Ketiga, kini aku merasa semakin menjadi 'aku'. Ya, sebagai seorang yang suka berkendara, kehadiran motor tangki depan sangat sesuai. Kini aku bisa lebih santai kalau ingin berkendara ke tempat yang jauh. Selanjutnya, aku merasa jadi lebih heroik. Jadi merasa semakin mirip dengan ksatria. Yang terakhir, bapak semakin mencintaiku. Ia, selain bangga dengan diriku yang beda dari pemuda-pemuda biasa, juga senang sekali bisa mewujudkan keinginanku memiliki motor GL Max. Aku juga semakin mencintainya. Ia sangat berarti bagi keseluruhan hidupku. Luka masa lalu tiada henti mengusik, namun cinta bertahan lebih lama dari apapun yang tidak baik. Aku rasa aku pernah mengatakannya pada pos yang lama. Bagaimanapun, dengan hadirnya GL Max, perjalanan baru dimulai. Perjuangan berlanjut dengan kekuatan yang baru pula.

Safe Haven

Judulnya sama persis dengan film Hollywood; tapi aku sedang tidak berbicara tentang film. Aku ingin berkata beberapa hal tentang rumah dan desaku. Bagiku, kini, desa adalah tempat paling nyaman. Hal ini terbukti setiap kali aku harus kembali ke Malang, rasanya berat sekali meninggalkan kehidupan yang damai disana. Berat sekali meninggalkan bapak, nenek, kakek, Belle si anjing kecil dan juga Blacky, dan semua handai taulan; seperti sore ini. 
Hari ini terasa cepat sekali. Rasanya waktu tidak adil kala sedang bersama dengan orang-orang tercinta. Rasanya, aku baru saja mengobrol dengan pak Harto, tetanggaku; eh, nyatanya aku sedang berada di kamar kost mengetik baris kalimat ini. Rasanya aku baru saja beramai-ramai ikut rombongan ke kantor desa untuk menyoblos kepala desa periode kedepan, eh, nyatanya aku barusan berlatih presentasi untuk besok. Hmm, mau tidak mau, hidup harus berlanjut. Aku harus keluar dari zona aman dan nyaman di desa untuk beradu di kota. Hmm, aku berkata 'zona aman' dan sadar bahwa untuk menggapai sesuatu, kita terkadang harus mengorbankan kebahagiaan pribadi kita. Nahh, lagi-lagi Viva la Vida! Sekalipun engkau sehari dalam kehangatan dibawah atap rumah dan sebulan dalam kegentaran dan kerasnya medan perjuangan, hidup harus berlanjut. Viva la Vida, pembaca!

Jumat, 25 Oktober 2013

Para Penggugah Tawa Memiliki Tanggungan Lebih

Senang sekali rasanya menjadi bagian hidup dari orang-orang yang memiliki hidup yang luar biasa. Langsung saja, menuju ke kawan paling dekatku. Ia berkepribadian sanguinis(menurutku), atau orang yang suka bercanda dan membuat orang lain tertawa. Ya, dari dulu ia adalah sosok yang amat ceria dibanding teman-teman lain seangkatan. Setiap tawa teman-teman satu kelas (dulu SMA), dalam satu hari, aku yakin, kalau dipersentasikan, 85% berasal dari sang kawan ini. Rasanya Tuhan menciptakan dia sebagai sang berhati teguh yang sangat berarti untuk membuat orang lain bahagia. Namun, tahukah kamu, dibalik keceriaannya, beribu duka bersembunyi dibalik setiap gelak tawa dan raut kebahagiaan di wajahnya. Ia bukanlah orang yang berkehidupan penuh dengan kebahagiaan, tetapi justru banyak beban dan tanggungjawab. Entah bagaimana sang kawan bisa tetap membuat yang lain bahagia. Sungguh, ini diluar kepalaku. Aku tidak habis pikir ia bisa bertahan, bahkan penuh semangat menjalani hidup ini. Luar biasa!
Sama halnya sang kawan, di kelas, Oni adalah penggugah keceriaan. Ia juga sanguinis. Setiap hari, pokoknya ada Oni di kelas, pasti nggak akan sepi sedikitpun. Keberadaan Oni ini sangat berarti dalam kehidupan perkuliahan dan juga seluruh hidupku itu sendiri. Aku jadi semangat, sekalipun sehari harus menghadapi jadwal padat kelas. Sesekali, ia jadi inspirator dan motivator. Great! Ia begitu spontan dan gokil. Namun, sekali lagi, aku berpikir mungkin sang kawan ini menyimpan kepedihan di lubuk hatinya. Mungkin, dibalik setiap tawa dan gurauannya, tersembunyi rasa pedih. Ia hidup dengan ayahnya seorang. Ibunya telah lama pergi. Ayahnya sangat baik; ini anugerah besar yang bisa jadi hadiah Tuhan untuk keteguhan hatinya. Dan kini, ia masihlah si penggugah tawa; untuk aku, Manyun, Rendi, dan semua teman. Ia, keteguhan hatinya, mengagumkan!
Dua kawanku ini kiranya cukup memberi bukti bahwa hidup ini masih bisa diperjuangkan. Masih ada hal yang lebih baik untuk dilakukan untuk mengatasi kepedihan. Bukti bahwa narkoba, pergaulan bebas, dan geng liar bukanlah pelarian yang benar. Pelarian yang benar adalah persahabatan. Solusi yang benar adalah menjadi bahagia dengan membuat yang lain bahagia, mungkin kedua kawan ini pernah berpikiran begini. Hidup sejatinya perlu diperjuangkan. Hidup harus dilukis, agar menjadi indah.
Sebagai penutup, aku ingin berterimakasih pada kedua kawanku ini. Kehadiran mereka berdua adalah anugerah terindah dari Tuhan. Pembaca terkasih, marilah kita perjuangkan hidup ini, seperti mereka, yang dengan cara mereka sendiri membuat keindahan menakjubkan pada hidupny dan hidup orang lain.

Tentang Pernikahan Dini

Sehari yang lalu, ketika hendak pergi ke kampus, jalan sedikit tertutup karena ada pesta perkawinan. Ada dua pesta. Saat itu, yang terlintas dalam kepalaku adalah tentang perkawinan itu sendiri. Perkawinan; apa rencanamu tentang perkawinan? Di umur berapakah engkau akan menikah? Berbagai macam pertanyaan bertema sama berulangkali mondar-mandir dalam pikiranku. Akupun sempat teringat akan beberapa kabar mengejutkan yang kudengar kala terakhir kali aku pulang kampung. Devi, tetanggaku yang umurnya lebih kurang tiga tahun dibawahku, sudah punya anak. What the heck! Aku dulu terkejut saat pertamakali mendengar kabar itu. Hmm, kalau si Devi di usia itu sudah menikah, lantas tidakkah ia punya mimpi-mimpi untuk diraih? Apakah ia berpikir bahwa tujuan hidup hanyalah untuk KAWIN? Tidakkah ia tahu bahwa ia bertanggungjawab untuk mengangkat derajat keluarganya? Oh, sangat amat disayangkan, bukan? Menikah di usia dini bukanlah pilihan baik dalam hidup ini. Ohya, ngomong-ngomong bukan Devi saja. Beberapa hari kedepan, tetanggaku yang usianya tiga tahun diatasku, akan menikah. Beberapa pemuda dan pemudi lainnya telah dan akan menikah. What a suck, man! 
Melihat realita ini, aku jadi bersyukur. Bersyukur bahwa aku adalah orang yang beda dari pemuda-pemudi seumuranku di desaku. Aku idealis; punya pandangan sendiri mengenai bagaimana hidup ini seharusnya. Aku punya visi; sebuah visi yang jauh kedepan. Aku tidak memikirkan perkawinan untuk jarak yang dekat. Perkawinan itu masih jauh. Nanti, ketika aku telah meraih kemenangan yang kuidam-idamkan. Aku punya banyak teman di kota, di luar kota, dan di luar negeri bahkan; berbeda dengan kebanyakan kaum muda disini. Kini, kuingin berjuang dan berdoa supaya aku dapat menapakkan kakiku ke titik yang amat jauh dari tempatku berdiri sekarang. Hidupku masih panjang, langkahku masih jauh; kebebasanku masih perlu dipakai untuk melewati petualangan dan tantangan yang beraneka ragam. Aku; aku tidak akan menjadi seorang ayah sebelum menjadi bohemian sejati.  Tuhan memberkatiku. Amin. Tuhan memberkati pembaca. Amin. 

Kamis, 24 Oktober 2013

Tentang Energi Positif

Orang yang dalam hidupnya harus menanggung beban berat, menurutku ada dua macam, yakni; mereka yang karena beban-beban hidupnya memutuskan untuk terjerumus kedalam kegelapan, dan mereka yang berani memutuskan untuk tetap berjuang demi kehidupan yang lebih baik. Tak perlu mengambil banyak contoh; kita lihat saja para pemuda berandalan, pecandu narkoba, orang-orang yang nekat bunuh diri, atau gadis-gadis remaja yang sudah menjajakan dirinya; mereka kebanyakan terjerumus kedalam sisi kelam dunia karena menanggung beban-beban berat hidupnya. Menurutku, sebenarnya mereka masih bisa bertahan, atau hidup selayaknya, sebab, kupikir, sejatinya manusia diciptakan untuk bahagia. Tuhan menciptakan mereka untuk menjadi makhluk yang bahagia. Tugas manusia hanyalah menemukan kebahagiaan itu sendiri. Mereka yang telah disebut diatas mungkin belum atau tidak bisa menemukan kebahagiaan mereka.
Di sisi lain, beberapa penanggung beban berpikir positif dengan melakukan hal-hal yang berguna di tengah terjalnya kehidupannya. Mereka menanamkan sebuah visi untuk kehidupan yang baik di masa depan. Seseorang dengan latar belakang keluarga broken home bermimpi untuk membangun keluarga yang baik dan penuh kehangatan di masa depannya, tidak seperti orangtuanya.  Seseorang yang selalu dihina-hina dan diremehkan, bermimpi untuk menjadi orang kuat dimasa depan, untuk membungkam mulut-mulut tak berguna tersebut. Seseorang yang peruntungannya buruk, berusaha dengan segenap keberaniannya mengadu nasib di kota besar. Mereka semua berjuang, dengan cara dan keyakinan mereka masing-masing. Mereka berperang dengan rasa sakit, kebencian, dan kemalangan. Mereka berjalan dan terus berjalan, diiringi manisnya indah persahabatan, cinta, dan kemungkinan-kemungkinan mewujudkan impian. Merekalah calon-calon bukti bahwa kehidupan yang kurang baik masih bisa diperjuangkan. Merekalah calon orang-orang berguna bagi bangsa dan tanah air ini. 
Aku ingin mengucap seribu salam hangat pada mereka semua, mereka yang hingga kini masih berjuang diantara kenyataan dan harapan. Untuk mereka yang berani melawan kemalangan dan kepedihan, kuserukan kata-kata penyemangat, bahwa mereka tak sendirian. Untuk mereka yang tengah berjuang sendirian di tengah dinginnya malam berbadai, kuberikan pelukan terhangat tanda persaudaraan. Ya, kita semua sama. Kita saudara. Marilah, mari, wahai kawan para pengelana yang menanggung beban-beban berat, kita percaya pada harapan, persahabatan, dan cinta. 

Selasa, 22 Oktober 2013

Kembalinya Kesejukan dan Angan Yang Makin Hangat

Aku selalu mengalami pertemanan yang menyenangkan. Hmm, sayang, aku tak menceritakan pengalaman-pengalaman bertemanku di kampus sejak awal. Kurasa bercerita tentang hari ini bisa jadi awal yang bagus. Baik; hari ini Malang kembali dingin karena hujan mengguyur lagi kota berpagar gunung ini dua hari belakangan. Kota berpagar gunung; nama yang mempesona, bukan? Kota ini jadi sangat indah; tanah yang haus telah memuaskan dirinya dengan air yang segar kiriman Tuhan dari langit. Kabut-kabut kembali datang kala matahari mulai tenggelam. Senja hari berkilau. Jalanan yang terbasahi air hujan memantulkan cahaya-cahaya kendaraan dan lampu-lampu kota. Udara dingin menyapamu setiap saat; begitu menyenangkan. Sungguh, suasana Malang kala ini cocok sekali buat kamu yang pengen ngehabisin waktu dengan pacar. Suer! Hmm..kota yang mempesona. Mimpiku untuk tinggal di kota ini kembali hangat, dan semakin hangat ketika kawanku, Manyun tadi mengungkapkan bahwa ia ingin tinggal di kota ini suatu hari. Ngomong-ngomong kawanku ini rumahnya di Batu. Senang sekali mendapatinya berkata demikian. Aku jadi lebih bersemangat untuk berusaha mewujudkan impian tinggal di kota ini. Bukankah indah, kau tinggal di kota mempesona dimana kawan-kawan baikmu juga tinggal tak jauh darimu. Sangat menyenangkan. Aku berharap Oni, Rendi, Satrio, Bibob, Bagas, Coco, dan lainnya juga punya keinginan yang sama. Kota ini bakal jadi lebih indah berlipat-lipat jika mereka nanti dekat. 

Senin, 21 Oktober 2013

Motor GL Max

Sore ini bisa jadi sore yang agak menyebalkan, karena seluruh pakaian yang kujemur basah kuyup terguyur hujan deras pertama. Helmku basah dan menjadi sangat berat. Motorku sempat mogok saat pulang kuliah karena kabulator di mesinnya terlalu banyak tersiram air hujan. Aku harus ke Sengkaling terlebih dahulu untuk mengembalikan game di gamezone. Jalanan macet. Aku mencoba mengambil jalan pintas, tapi tersesat ke suatu pedalaman aneh nan mengerikan. Hmmm...bisa saja aku jadi sangat cuek sore ini. Namun tidak demikian. Justru aku bersyukur sekali karena pada saat motorku mogok aku berdoa, setelah sebelumya gagal berkali-kali mencoba. Aku berdoa dan..motorku berjalan. Sungguh, siapa lagi kalau bukan Dia yang Maha Baik, yang menolong. Aku sangat senang Tuhan selalu menolong setiap saat dengan segala caranya. Bukan hanya menolongku dari mogok, Ia juga memberiku kabar gembira bahwa bapak sudah membelikanku motor GL Max. Sepulang dari hal-hal berat itu, aku ditelepon pamanku bahwa motornya sudah ada di rumah. Oh sungguh bahagianya! Aku suka si klasik Gl-Max. Meski motor jenis itu sudah tidak biasa digunakan anak kuliahan, tapi aku suka membawanya. Aku nggak gengsi, karena memang inilah yang aku suka. Hmmm, bahagianya. Hmm, tetapi aku menyimpan juga rasa sungkan pada bapakku. Aku minta ini dan itu padanya, dan aku belum bisa membalas jasa-jasanya. Ingin sekali suatu saat aku ingin membuatnya bangga sebangga-bangganya. Bapak, aku tidak akan melupakan tanggunjawabku di keluarga ini. Namaku Prasetyo; aku dilahirkan untuk setia terhadap keluarga kita. Aku akan selalu membawa harapan-harapan dalam usaha-usahaku membangun kembali dinding-dinding yang telah lama runtuh pada rumah kita, bahtera kita, keluarga kita. Aku akan setia pada itu.

Frida Berani!

Sori banget, pembaca, akhir-akhir ini aku memang punya banyak hal yang menguras waktuku. Hal-hal berkesan sejauh ini mungkin...kemarin. Hari Minggu yang cerah tanpa setitikpun air hujan. Di gereja tua nan megah, Ijen, aku menghadiri perayaan istimewa. Adikku dikrisma(semacam pentahbisan). Ibadah dan perayaan itu berlangsung megah dan khidmat, dengan diiringi lagu-lagu syahdu dari paduan suara Graciosso Sonora. Di akhir perayaan, uskup (pemimpin ibadah dan perayaan itu) membuka (katakanlah) kuis berhadiah untuk para peserta krisma. Ada enam pertanyaan dan enam hadiah. Uskup menghendaki tiga penanya dari peserta yang masih SMP dan tiga lagi dari peserta yang SMA. Hadiahnya adalah benda-benda terberkati yang dibawa uskup dari Vatikan, Roma-Italia. Aku pikir adikku pasti tidak mengangkat tangan. Ya, beberapa giliran terambil, beberapa peserta yang sangat beruntung dan terberkati maju ke depan altar mengambil hadiah. Aku pikir adikku tak akan berani seperti mereka. Ternyata tidak! Pada giliran selanjutnya, ia mengangkat tangan. Ia mendapat pertanyaan yang lumayan sulit. Pertanyaan tentang tujuh hal. Adikku hanya bisa menjawab enam. Namun, uskup yang baik itu menghargai keberaniannya dan memangilnya untuk maju mengambil hadiah di altar. Oh, luar biasa! Dihadapan beratus orang, ia bisa begitu percaya diri. Beda sekali denganku. Ibupun begitu bangga dengannya. Di akhir semua rangkaian acara, aku memberinya selamat dan melihat hadiahnya: Jam kaca cantik dari Roma!

Hmmm..aku sangat bahagia berada di hari yang sangat membahagiakan adikku ini. Ohya, aku jadi bersemangat untuk membantunya mewujudkan impiannya. Aku akan berdoa terus supaya ia diterima di sekolah idamannya. Aku akan menabung terus demi membantunya membeli biola. Tuhan memberkati kami. Tuhan memberkati pembaca dan keluarga. Amin.

Minggu, 13 Oktober 2013

Polo-Shirt

Mumpung di Blitar, aku cari kaos berkerah di tempat langgananku. By the way hari ini SPGnya ramah-ramah. Beberapa tersenyum-senyum kepadaku. Salah satu dari mereka, yang menemaniku nyari baju, keren! Manis nan ramah. Ia sangat beda dengan yang lain, begitu modis, begitu good fashioned, dan paling ramah. Aku sedikit heran hari ini, karena biasanya orang-orangnya cuek. Mungkin karena yang berkunjung di tempat itu, hanya aku yang muda, selebihnya bapak-bapak/om-om dan pasangannya. Semua mata, yang manis dan yang (maaf) tidak cantik tertuju ke satu arah, yakni titik dimana aku bepijak.
Di ruang ganti, kala mencoba salah satu kaos berkerah, kupandangi wajahku dan mulai berbangga akan penampilan. "Oh iya, aku sangar hari ini! Aku tampak begitu muda, energik, penuh semangat, dan gagah," kataku dalam hati. Aku berkata kepada diriku sekali lagi "aku bisa jauh lebih sangar, sangat jauh bahkan dari diriku sekarang ini, saat aku nanti dapat memijakkan kaki di Roma". Ternyata dengan berkaca kita juga bisa membakar semangat mimpi.
Dan usailah kunjunganku, untuk satu kaos berkerah yang..katakan berkualitas bagus nan murah. Selanjutnya, aku menuju Tawangsari untuk cari kaos bekas bagus, barangkali bisa nemu yang merknya Polo. Dan benar demikian! Aku nemu satu kaos kusut bermerk Polo. Dengan segera, kuambil kaos itu dan satu sweater bekas yang kainnya tak kalah bagus. Untuk keduanya, aku hanya perlu Rp. 30.000. Hanya perlu dicuci dan disetrika agar tampak seperti baru.

Ksatria Abu-abu

Perjalanan ke Blitar adalah salah satu hal paling menyenangkan. Mungkin ini sesuatu yang aneh, aku lebih rindu akan suasana di rumah dan di desa daripada suasana di kediamanku di Malang. Kusebut agak aneh karena kebanyakan anak kost lebih rindu berada di kostnya karena bisa lebih leluasa dan bebas ketimbang di rumah. Aku justru lebih senang kembali ke desa, karena perjalanannya sangat menyenangkan. Ketika berkendara, rasanya bak ksatria berkuda yang pulang ke rumah sehabis berjuang keras di medan perang. Menurutku, memang aku sama seperti ksatria tersebut, karena ketika pulang ke rumah, ia membawa kabar dari medan perang; akupun juga, membawa kabar tentang hidupku sebulan di 'kota perjuangan'. Mungkin bedanya, si ksatria tidak mendengarkan musik ketika berkendara karena belum ada band Queen, atau The Killers, atau Band of Horses, atau Cold Play di masanya. Sementara itu aku selalu ditemani lagu-lagu dari band-band luar biasa tersebut. Nahh, ketika sudah di desa, aku akan menjumpai hal-hal yang sama yang ngangenin. Keponakan yang gokil, anjing pudel kecil Belle, dan orang-orang desa yang menyenangkan. Semua membuatku nyaman untuk tinggal lama-lama disini. 

Mimpi Motor

*Aku di Blitar saat ini*
Mimpi semalam itu indah sekali. Bapak memperlihatkan GL-Max padaku. Motor yang sangat kuinginkan saat ini. Namun itu belalu terlalu indah dan cepat! Ketika hendak kukendarai, tiba-tiba aku terbangun dan sadar bahwa aku belum mengirim pertanyaan untuk kelompok Octa yang akan presentasi Rabu depan. Ohh! Sungguh terbalik. Di HP-pun kudapati nomor asing yang tak lain adalah Octa, yang memintaku segera mengirim pertanyaan. Segera saja, kubaca The Jailer Jailed karya Anthony Chekov, lalu mengirim pertanyaan padanya sambil minta maaf karena terlambat. Beres! Kini tinggal membersihkan gejolak hati yang ingin segera memiliki motor GL-Max. Pagi-pagi sekali, aku mengunjungi Bapak dan berbicara sedikit mengenai motor itu. Katanya, aku akan segera mengendarainya kurang lebih satu-dua bulan lagi. Yah! Kini saatnya menunggu sambil bersenang-senang. 

Kamis, 10 Oktober 2013

Hari Santai

Hari yang menyenangkan. Hanya ada satu kelas yang kudu diikuti siang ini; kelas Essay Writing-nya Ms. Enny Irawati. Biasanya kelas ini jadi salah satu faktor penyebab hari Kamis tidak menyenangkan. Biasanya, bokong terasa cepat panas dan ingin segera keluar ruangan. Lima menitpun terasa seperti berpuluh-puluh menit. Tidak kerasan. Kelas ini memang tidak nyaman. Berhubung setiap selesai kuliah pada hari Kamis aku dan kawan-kawan ada agenda PS-an bersama, rasanya nanggung kalau cuma ikut satu kelas dalam satu hari. Namun, hari ini tidak demikian. Segalanya tampak dan terasa segar, cocok sekali dengan lagu-lagu yang kuperdengarkan ketika berangkat. The Great Salt Lake-nya Band of Horses, serasa bagai pisau tajam yang menyabit segala rasa suntuk dan penat hari ini. Kuliah berjalan santai dan kasual, materi tentang rencana penulisan essaipun terserap dengan sempurna. Ohya, sungguh, aku senang sekali akan hari ini. Tidak ada penat sedikitpun. Ditambah, ketika (sebut saja) the queen (sebutan pribadiku untuk seseorang yang tiap hari mewarnai perasaanku ketika kuliah di gedung Q3) melepaskan senyum-nya yang paling manis kepadaku ketika berbicara sebentar tentang suatu hal, rasanya aku lupa akan segala beban pikiran. Beban pikiran karena belum mencuci sempak dan jaket tebalpun terbuang. Oh indahnya! Meski tak ada kemungkinan aku akan bersamanya, tapi sungguh, hanya dengan mengaguminya dan mendapatkan senyuman tulusnya, aku sangat bahagia. 
Karena segala hal indah tersebut, kelas Essay Writing serasa berlangsung 30 menit. Superb! Dalam perjalanan pulang, The Great Salt Lake kembali kuputar berulang-ulang. Tiapkali sampai pada nada tinggi di akhir-akhir lagu, serasa beban-beban terpotong berkeping-keping. Hmm, akupun tidak gerah samasekali hari ini. Begitu santai. Saat sampai di pedesaan Jedong dan menikmati bukit-bukit di ufuk utara, hati ini begitu puas, puas akan anugerah indah hari ini. Terimakasih, semua; terimakasih, dikau yang membaca...

Senin, 07 Oktober 2013

Bohemian

Ini ceritanya abis nonton Si Doel, jadinya pikirannya lagi dipenuhi bahasa Jakarta. Jadi gini nih, gw lagi kagum banget sama yang namenye bohemian. Gw sering kagum pas lihat pria gondrong yang pede aja sama hidupnye, dimanapun ie berade. Di kampus, banyak tuh bocah-bocah kayak gitu; tapi beda, cuma beberapa dari mereka yang benar-benar cool. Mereka yang gw kagumi adalah mereka yang positip. Maksudnye, meskipun berambut gondrong, suka ngopi sambil nikmatin Surya, ngga pernah pake hem pas kuliah, tapi bertanggunjawab sama hidupnye. Mereka punye karya-karya, dan dari itu mereka hidup. 
Ada juga sih, salah satu dosen, entah namenye siapa, yang berambut gondrong, yang musti bawa kopi pas ngajar, yang kemejanya jarang tuh dimasukin celana,  dan yang super-super kasual. Pernah nih, gw sama temen2 dibuat kaget pas beliau nungguin kelasnye sambil merokok. WOW! Di dalam kelas, bro! Sangar, sumpah ini. Tapi jangan salah sangka, die tuh dosen Sastra Inggris. Biar penampilannya kaya gitu, die kaya, cui. Mobilnya bagus! Mungkin beliau juga punya karya-karya hebat.
Gw senang lihat para gondrong-gondrong yang bohemian, yang indenpenden, semaunye sendiri, tapi penuh tanggungjawab dan sumbang asih buat negeri ini. Mungkin elo udah tahu siapa aja yang bohemian, yang punye jasa gede buat tanah air ini.
Nahh, karena ini nih, gw pengen melihara rambut gw sampe panjang, tapi sayang,  rambut gue kalo panjang jadinya kaya pemainnya Manchester United, Fellaini. Pasti ngerepotin banget tuh, punya rambut kaya jamur pendulum. Jadinye, gue cuma manjangin jenggot aja. Kalau kumis, nanti aja, coz biar nggak kelihatan bapak-bapak. Hmm, tapi sayang juga nih, jenggot gw sering dikritik sama biarawati tiap kali gw ngunjungi ibuk di tempat kerjanya. Mereka sering bilang kalo mreka ngga suka gw yang sekarang karena mirip teroris. What the hell. How dare they are. Anyway, gw tetep melihara nih, jenggot. Lagian siapa mereka berani minta gw ubah penampilan. Hmmm..lagi-lagi nih, gw benci banget sama biarawati-biarawati (tersebut coi). However, bagaimanapun, gw akan selalu jadi bohemian.

Tribute to Fellows

Jam 22.55 p.m.
Sebelum menuju ke peraduan yang hangat dan penuh mimpi, kusempatkan menulis satu puisi. Sebuah dedikasi dan penghormatanku pada kawan-kawanku, dimanapun mereka berada:

The Image Source is here
Tribute to Fellows (dari tumblr saya)

There's somebody out there 
Runs after the same victory
At mine, he always stare
For me, he claps happily
//
Neither cousins nor relatives
Could be a decent companion
yet he, old friends, new butties
thousand regards up to a million
From my grateful heart
That does always be the guard
in making life as if not hard
by realizing the fellowship and thank to God

Wooke, selamat malam, dunia... selamat malam musafir dan elang!

Minggu, 06 Oktober 2013

Fellows

Hmmm...memang, ada banyak hal yang ingin kuungkapkan malam ini. . .
Suatu saat dalam permenunganku selagi berkendara menuju kampus, ada satu hal yang tiba-tiba mengubah moodku; dari rasa lelah akan memperjuangkan segala hal, menjadi bersemangat berlipat-lipat. Apa itu? Itu sahabat. Aku langsung teringat bahwa aku tidak berjalan sendiri dalam semua ini. Ada seseorang di luar sana yang juga memperjuangkan kemenangan yang sama. Ada seseorang di luar sana, jauh sekali, yang akan selalu menjadi sahabat. Ada seseorang di luar sana, yang di masa depan nanti akan tidak jauh dariku. Ialah Stanley, seorang yang penuh inspirasi, yang padanya terdapat mimpi-mimpi besar; seseorang yang sangat menghargai persahabatan. Ya, dialah! Ia tidak meninggalkan sahabat-sahabatnya meskipun kini ia sudah memiliki kesibukan kuliah tersendiri di Surabaya. Ia sesekali mengunjungi Denta, seorang kawan dekat yang kuliah di Widya Mandala. Kami yang di Malangpun juga sering ia kunjungi. Biasanya, di suatu akhir pekan ia mampir ke kosnya Beni, Shandi, atau di kediamanku di tempat sunyi ini. Aku sangat senang ketika ia berkunjung. Di sisi lain hati, aku sungkan karena belum pernah mengunjunginya. Akupun ingin melakukan hal yang sama, meski aku harus menerjang panasnya Surabaya.
Nahh, karena sadar akan Stanlee yang sampai kini selalu ada inilah, pada hari tersebut aku menjalani segala hal dengan penuh semangat. Semangatku adalah bahwa aku tidak berjalan sendiri, ada seseorang di luar sana yang memperjuangkan kemenangan yang sama. Ada seseorang di luar sana yang akan selalu jadi sahabat. Aku merasa di setiap jalan yang kuambil, seolah ada ia berjalan di jalan yang tepat berada di samping jalanku. Ohya, FYI, bukan untuk hari itu saja. Semenjak permenungan itu, semangat karena ingat sahabat ini menjadi senjata ampuh untuk membakar gelora jiwaku. Senjata ampuh untuk mengusir pesimis dan rasa lelah. Great success!!!!
Memang sih, sebenarnya aku punya banyak teman dekat semenjak SMP. Namun, semua sahabatku kala itu sudah lenyap. Mereka merantau di tempat-tempat jauh. Kami tak pernah lagi ada kontak. Dan sampai detik ini, teman dekat yang selalu menyapaku di tengah kesibukan mereka adalah Stanlee, Denta, dan sesekali Handi, yang setiap kali mengirim pesan, menyebutku 'Sem', yang merupakan kependekan dari 'Sempak'. Stanlee selalu ada waktu untuk mengunjugi Malang, Denta dan Handi selalu mengirim pesan di Facebook untuk mengobrol2 setiap waktu tertentu. Hmmm...benar-benar indahnya hidupku karena ada mereka. Tuhan berserta mereka.

(Masih) Tentang Semangat

Nada-nadanya penuh dengan gelora semangat dan
kemenangan. Setiap baris liriknya mengandung
beraneka makna, yang terbalut dengan gaya bahasa
menakjubkan ala sastra.
Hari Senin dan Selasa adalah hari yang berat dalam seminggu. Jadwalnya padat dan harus berangkat pagi-pagi, lalu pulang sore, bahkan sampai petang hari. Nahh, di hari-hari itu aku selalu butuh penyemangat. Biasanya, sebelum berangkat kuliah, kuputar lagu-lagu yang penuh dengan simfoni perjuangan. Viva la Vida dan Human adalah pilihan absolut, yang selalu dapat mengangkat gelora dan keberanianku untuk menghadapi hari-hari berat itu. Betul, itu sungguh, benar-benar 'mengangkat', bahkan ketika merasa ngantuk di kelas, selalu kuingat semangat di pagi hari dan mulai terbangun lagi.
Mendengarkan musik sebelum menghadapi hari berat nampaknya juga menjadi senjata bagi kawanku, Oni. Ia suka mendengarkan lagunya Queen yang Don't Stop Me Now. Ia menyaraniku supaya juga memasukkan lagu itu kedalam playlist hari Senin dan Selasa pagi. Benar! lagu ini benar-benar 'mengangkat'. Rasanya, keberanian dan energiku bertambah dan berlipat ganda. Sungguh luar biasa!!
Mendengarkan musik sebelum menghadapi hal berat nampaknya juga menjadi senjata bagi seorang pelatih fenomenal Pep Guardiola. Aku ingat, salah seorang kawanku pernah bercerita bahwa setiapkali Barcelona akan menghadapi pertandingan besar, sang pelatih ini tidak memberikan instruksi apapun kala di ruang ganti pemain. Ia hanya memutarkan lagu Viva la Vida agar para pemainnya termotivasi untuk menang. Ini bukan bual, kalau tidak percaya, baca tautan ini. Hebatnya, Viva la Vida yang menjadi theme song-nya Barcelona ini adalah kunci besar dalam setiap kemenangan mereka di kompetisi-kompetisi krusial. 
Nahh, hebat bukan? Mendengarkan musik yang penuh dengan nada-nada bergelora mempunyai efek yang sangat besar dalam hidup ini. Anda mungkin juga setuju, karena anda demikian juga, seperti saya dan seperti Oni, dan seperti Pep. Kalau anda 'belum' seperti kami, cobalah lakukan hal yang sama, pasti keren!

Pesan Singkat dari Ibu

Pernahkah kau menyadari besarnya pengaruh orang-orang terdekat di saat engkau dalam masalah dan keterpurukan? Aku punya banyak pengalaman tentang hal ini. Sore ini contohnya; suasana yang membosankan dan orang-orang menyebalkan yang berada di sekeliling tempatku ini lagi-lagi mendorongku untuk keluar. Ditambah, pikiran akan keadaan ibu yang tidak bahagia karena orang-orang yang juga menyebalkan (lebih bahkan) di tempat kerjanya, membuatku (lagi-lagi) menyesali hidup ini. Namun, bagaimana? Jika aku keluar, orangtuaku akan tambah repot soal biaya tempat tinggal untukku. Belum lagi, uang untuk makan sehari-hari. Damm it! Ngomong-ngomong, aku masih agak beruntung bisa dapat tempat tinggal yang layak dan makan disini. But, hidup di lingkungan biarawati adalah mimpi buruk. Kau harus menjaga keheningan dan menjaga sikap dan perilaku saat berhadapan dengan mereka. What the heck! Bagaimanapun, ini demi orangtuaku, juga masa depanku. Bagaimanapun, aku akan bertahan sebab selalu ada sumber penyemangat. Pesan singkat dari ibu tanggal 2 September lalu adalah salah satunya. Ingin tahu isinya? Ini:
Message from: Mom
Content: Selamat pagi Septian anakku, selamat ulang tahun yang ke-19. Semoga panjang umur dan sukses selalu... Doa ibu menyertaimu.
Ketika membaca ini, aku teringat banyak nasehat darinya. Nasehat-nasehat untuk bertahan di tempat ini hingga sarjana dan untuk terus berteguh hati. Aku tidak ingin menyia-nyiakan semua wejangan itu. Aku akan bertahan. Demi ibu. Aku akan membawanya kepada kebahagiaan hidup sejati, di dalam kemenanganku.

Jumat, 04 Oktober 2013

The Parable of The Knight

Sedang penuh inspirasi dan rahmat; aku bikin satu puisi malam ini. Suatu perumpamaan tentang kehidupan seseorang yang tiap hari kulihat, yang digambarkan sebagai ksatria. Ini dia:

The knight is back,
Bringing triumph from the war
and bravery and courage in a sack
to be shown to people
in the village,
to prove that he does not crumble

The knight's also called hero
for he could fight his own sorrow
and the others', and the fellows'
He's the brave one
among the challengers
among his enemies
Glory, glory, the hero!

Then, he does still ride
Grasping his dreams and pride
his family's, and comrades'


Once he was forlorn
cuz he has no wife, even a minion, no
He strives alone,
When he got wounded,
nobody but his mother nursed
"That's a great grace from God," he says
He sighs,
"I do need someone else like mother!"
"I will it, and I'll strike a blow for it," he says further
"For love," the knight hails and go farther...



Kehilangannya

Sudah lebih dari satu setengah tahun aku tidak berjumpa dengan ia yang dulu mencintaiku. Aku kehilangannya. Mungkin ia demikian juga. Pertemuan terakhir begitu singkat. Kami telah kehilangan kontak satu sama lain. Di tiap jejaring sosial aku tak menemukannya. Maka 'hilang' mungkin adalah istilah yang tepat.
Aku berusaha tidak berbuat jahat. Aku berupaya menanti kesempatan menemuinya, meski sekilas. Aku tidak mencari pengganti, karena belum ada kata 'putus' maupun berpisah diantara kami berdua. Suatu kali aku bertekad menjelajah setiap pelosok selatan kotaku, menemuinya, lalu mengucap kata perpisahan agar hatiku bisa bebas mencari sosok lain. Hmm, ide bodoh! Jahat! Aku tak pernah melakukannya. 
Ia kini hanyalah kenangan yang telah terhapus masa. Suatu saat ketika kami akan bertemu, mungkin biasa saja. Bukan tidak mungkin ia melupakanku, dan berpaling pada seseorang, seseorang yang lebih tinggi, lebih tampan, dan lebih muda. Oh shit! Kalau bicara tentang tinggi badan, aku payah. 
Hmm..aku bingung. Sementara, sih. Apa yang dapat kulakukan kini hanyalah menganggap diriku single