Minggu, 04 Mei 2014

Tentang Harapan

Harapan ialah sesuatu dengan sayap
yang bertengger di jiwa
dan menyanyikan nada tanpa kata
dan tak pernah berhenti
-Hope Is The Thing with Feather oleh Emily Dickinson
Kira-kira begitulah saya menerjemahkan satu bait puisi karya pujangga sangar ini.
Hari ini, saya merenungkan kembali tentang harapan, dan seketika teringat akan bait puisi diatas. Jadi dalam permenungan tadi, saya menyadari bahwa harapan adalah sesuatu dengan sayap yang bisa terbang kapan saja meninggalkan si pengharap. Hmm. Shame! Kasihan! Inilah realita.
Harapan seringkali muncul seperti cahaya yang menghangatkan jiwa. Perasaan menjadi damai dan tenteram kala kegelapan (kegelisahan) di dalam sanubari lenyap. Namun sayang sekali, cahaya ini tidak bisa lama-lama tinggal. Suatu ketika, harapan akan pergi meninggalkan kita. 
Saya berharap memiliki sesuatu, suatu hal yang indah, menyenangkan, dan mendamaikan. Ketika kemungkinan-kemungkinan untuk memiliki hal itu datang, saya bahagia. Harapan telah datang! Namun, terkadang tidak lama setelah saya mempersiapkan sesuatu untuk meraih hal itu, harapan meninggalkan saya. Suara kepakan sayap yang pergi menjauh seketika memadamkan keceriaan, menimbulkan kegelisahan.
Lantas bagaimana agar semangat tak pernah putus meskipun kita ditinggal harapan? Well, solusi terbaik adalah terus berharap. Jika satu harapan pergi, berharap lagi pada harapan itu atau harapan yang lain. Karena harapan adalah cahaya untuk jiwa, maka, menurut saya, hati kita harus terisi dengan harapan agar sinar keceriaan menguasai lorong-lorong jiwa dan menyingkirkan kesedihan dan keputusasaan. 
Baik, selamat malam. Selamat berharap!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar