Rabu, 21 Mei 2014

Perjalanan Pulang Yang Berbahaya

Kami pulang sore hari. Kami semua senang, namun juga lelah. Saya sangat kecapekan dan ingin segera tidur, namun saya masih punya satu tugas lagi; pulang dengan selamat; mengantarkan Mita dengan selamat. Saya mempersiapkan diri dengan baik dan konsentrasi penuh saat berkendara karena tidak mau terjadi apa-apa; tidak ingin suatu hal buruk terjadi pada saya dan teman yang saya bonceng sehingga membuat yang lainnya repot. Setelah berdoa bersama sebelum berangkat, saya berdoa secara pribadi pada waktu berkendara.
Untungnya berdoa, jalanan menjadi liar saat petang meraja. Tak ada pencahayaan yang layak. Jalan raya gelap, namun kendaraan-kendaraan dari arah berlawanan menyalakan lampu yang terangnya menyilaukan dan mengaburkan pandangan. Sungguh saya gemetar menghadapi dim lampu atau lampu menyilaukan dari kendaraan-kendaraan dari arah berlawanan. Saya tertinggal di belakang, terjebak diantara truk-truk gandeng dan bus-bus yang besar-besar dan berbahaya. Saya sangat kesulitan dan gentar menghadapi sempitnya celah-celah untuk mendahului. Sementara, arus seberang penuh dengan laju cepat dan liar kendaraan bermotor. Petang hari itu benar-benar liar. Pinggiran benar-benar liar!
Diatas semua ini, saya sangat khawatir pada teman-teman saya, terutama yang cewek karena mereka lemah lembut, semetara jalan raya berlaku sangat keras dan liar dalam gelapnya petang hari. Selain mereka, saya juga khawatir akan Akbar dan Pandu. Akbar berkendara pelan dan tertinggal jauh di belakang, sementar Pandu sebelumnya sudah berkata bahwa ia kesulitan berkendara pada petang hari karena sedikit rabun senja. Kekhawatiran yang sama juga pada yang lainnya, pada semuanya. Dunia terlalu tidak ramah dan acuh terhadap kebahagiaan kami; masih saja! Kenapa masih saja macet, kenapa orang melakukan dim yang menyilaukan, kenapa orang berkendara sangat cepat dan membuat kaget pengendara lainnya? dan kenapa tak ada lampu penerang jalan? Demikianlah protes saya sepanjang perjalanan akan keadaan pada petang hari itu. Karena terlalu banyak kekhawatiran, saya mengimbangi konsentrasi dengan doa-doa untuk keselamatan bersama; dan syukurlah semuanya dapat sampai pulang ke tempat masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar