Kamis, 30 Januari 2014

Tentang Peristiwa-peristiwa

Mencintai bukan sekedar membahagiakan, namun juga menjaga ketulusan kapanpun dan apapun situasinya. Inilah yang menjadi pergumulan saya selama ini. Entah bagaimana kehidupan begitu dinamis. Kesulitan silih berganti mengusik saya dan sekeluarga. Sampai saat ini, sudah banyak masalah yang telah berhasil kami lalui. Namun, rasanya itu tak pernah berhenti. Selang beberapa waktu kemudian, masalah yang baru melanda kami; datang bertubi-tubi, hingga saya merasa biasa menghadapinya. Saya tidak kaget lagi, namun tak akan diam saja. Terkadang saya lelah berhadapan dengan masalah itu. Namun, ada satu hal yang saya perjuangkan, dan satu hal lagi yang selalu membantu saya; yakni masa depan cerah dan Tuhan. Angan-angan akan kehidupan yang penuh kedamaian dan kasih Tuhan tak pernah meninggalkan saya. Keduanya menjadi penyokong di kala kesusahan.
Demikianlah sekelumit kesan dari peristiwa-peristiwa sedih yang telah berlalu. Kehidupan berlanjut. Kesulitan dan masalah mungkin akan datang lagi; dan keteguhan hati akan diuji. Semangat impian dan pertolongan Tuhan akan datang membantu; dengan kesetiaan iman yang akan teruji.

Rabu, 29 Januari 2014

Hari Semangat

Hari ini penuh semangat. Semua diiawali dengan semangat karena kemenangan Liverpool. Selanjutnya, saya bersemangat karena lagu "You Will Never Walk Alone." Setelah itu, banyak rangkaian peristiwa berkesan yang membuat hari ini terasa panjang.

As Cold As The Night

Benar-benar hari yang panjang! Saya pulang dengan rasa nyeri di sekujur badan karena kram saat bermain futsal. Pertandingannya seru, tapi sekali lagi; stamina tak begitu mendukung. Bagaimanapun, ternyata futsal ini benar-benar bisa jadi sarana untuk lebih menyatu dengan teman-teman baru. Apa yang saya katakan pada topik yang sama jauhari yang lalu mungkin adalah kesan awalnya saja. 
Setelah selesai, saya pulang dengan iringan lagu As cold as The Night-nya Bagas, kawan saya yang mengupload karya kerennya ini di soundcloud. Jalan besar Ijen yang kala itu sedang basah memantulkan bias-bias lampu taman, dipadu dengan kilau-kilau kendaraan bermotor. Sementara lagu masih terus mengalun, angin petang hari bertiup, menggoyangkan dedaunan tetumbuhan di taman sepanjang jalan. Suasana yang sangat memorable! Saya merasa begitu damai dan terhibur oleh keindahan jalan itu.
Perjalanan pulang begitu menyenangkan hingga saya sampai di daerah Bandulan. Motor mogok kehabisan bensin, dan hujan deras turun tiba-tiba. Cocok. Dengan usaha berat, saya menahan kaki yang masih kram dan menuntun motor ke toko bensin terdekat. Sementara si motor sedang minum, hujan bertambah deras. Jalanan menjadi sepi. Saya lihat orang-orang berteduh dan menunggu redanya hujan, namun, saya segera beranjak pergi, menembus hujan yang derasnya menutup pandangan sejauh 6 meter. Udara begitu dingin; kaki yang nyeri terasa semakin sakit karena hawa dingin yang menusuk kulit. Saya merasa sendirian dan lelah. Kehujanan menimbulkan rasa kesendirian dan dingin; selalu! Namun, diatas semua peristiwa ini, saya bersyukur atas hari ini; juga termasuk motor mogok plus kehujanan, karena ini adalah bagian dari tantangan hidup saya. Suatu proses untuk pendewasaan diri.

Selasa, 28 Januari 2014

Yang Kecil Terabaikan

Entah kenapa setiap urusan dengan pemerintah seringkali ribet. Urusan kependudukan misalnya; KTP saya sampai sekarang ini tidak ada yang benar. Dulu, tahun lahir saya ditulis 1990, seharusnya 1994. Setelah diganti, masih juga terdapat kesalahan berupa foto yang miring dan tidak berwarna, plus tidak ada keterangan golongan darah. Selain KTP, kartu keluarga keluaran terbaru juga terdapat kesalahan pada tanggal lahir. Sungguh ironis, memang; benda sekecil dan sesimpel itu tidak ditangani dengan baik. Saya heran; bagaimana sih kinerja mereka? Apakah saya harus menuliskan apa yang saya ucapkan kala memberitahu kesalahan yang ada pada mereka? Hmm.
Bukan hanya kependudukan, tetapi juga hal-hal lain yang berurusan dengan pemerintah. Amat sering hal-hal semacam itu membuat kecewa. Maka, tak jarang kata-kata satir dan sarkas keluar dari mulut, menghujat pemerintah. Tak jarang pula, saya mengabaikan issu-issu tentang birokrasi dan politik. Bagaimana tidak, gara-gara KTP yang tidak layak saya seringkali mendapati masalah kala berurusan dengan hal-hal yang membutuhkan kartu identitas diri. Hmm. Mau marah, tapi marah kepada siapa? Yah, percuma marah. Dalam hati yang diliputi kegusaran, saya berharap supaya di masa yang akan datang, ketika para pemimpin tergantikan dengan yang muda, tak akan ada lagi pengabaian yang menjengkelkan semacam ini. Hal kecil, namun sangat berarti. Pemerintah atau siapapun yang mengurusi hal kecil tersebut seharusnya tahu dan sadar akan pentingnya bekerja dengan benar sesuai janji baktinya.

Senin, 27 Januari 2014

Rileks


For the first time-nya The script dan She's The One-nya Robbie Williams!!! Mengalun tak henti di sore yang tenang dan penuh kesejukan ini.


Kamis, 23 Januari 2014

Greeting from Mr. Johannes

Tiga posting dalam semalam. Hmm, saya merasa sedang berada dalam mode rajin dan inspiratif. Baiklah, sambil menunggu kawan saya selesai dengan tugasnya, saya akan bercerita tentang awal hari ini. Pagi hari adalah jam favorit saya. Kelas pak Johannes; Dr. Johannes Ananto Prayogo, Ph.d lebih tepatnya, selalu berlalu dengan banyak kesan. Saya sangat senang, karena beliau juga selalu inspiratif. Beliau selalu menekankan supaya kami (kaum muda) harus berpikir modern, nasionalis, rasional; supaya masa depan dan hidup tak sia-sia karena menjadi orang tidak berguna. Ada banyak kesan sebenarnya, tetapi saya lupa beberapa karena sudah merasuk dalam hati, hehe. Yang paling saya ingat malah cerita tentang pertemuan beliau dengan istrinya ketika masih kuliah di IKIP Malang, atau UM, almamater tercinta saya ini **(Lho kok yang ini? Ya, karena memang yang ini yang dapat membuat saya bersemangat.) Setelah mendengar ceritanya, saya langsung menghubungkan pengalaman saya sendiri. Hmm, pak Johannes menemukan orang yang paling dicintainya di kampus ini, di jurusannya, di kelasnya; jadi, ini bisa jadi contoh baik. Bila saya mendapatkan 'si dia' yang selama ini saya kagumi, saya bisa seperti pak Jo. Semoga. Ya, itulah harapan saya. Semoga saya meraih hidup yang penuh arti seperti pak Johannes. Semoga engkau yang membaca ini kelak menjadi orang yang berguna dan berperan besar bagi kehidupan.

Thank You, Professor!

"Terimakasih, professor," inilah ungkapan yang ingin sekali saya sampaikan untuk guru besar yang pernah mengajar saya, yakni prof. Dr. Ali Saukah, Ph.d. Dulu, di awal semester tiga, saya begitu nervous tiapkali mengikuti kelas beliau, sebab saya kerapkali kena cap. Tiapkali presentasi tentang penelitian, selalu ada saja yang beliau salahkan. Saya sempat jengkel dengan beliau, meskipun saya sendiri tidak pernah bisa jengkel karena kehebatan beliau. Ya, benar. Orang yang hebat dan terhormat seperti pak Ali tidak akan pernah bisa tidak disukai. Beliau adalah guru besar, yang dengan penuh tanggungjawab besar memperjuangkan pendidikan dan kurikulum, yang hidup dengan karya-karya yang berguna bagi bangsa, yang memiliki riwayat hidup menakjubkan dengan puluhan bahkan ratusan pencapaian sukses, dan yang selalu membuat area parkir kontras dengan mobilnya. Orang akan merasa berdosa dengan sendirinya bila jengkel dengan beliau, tak terkecuali mereka yang baru mengenalnya.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai respect pada guru besar saya. Hal ini dikarenakan rasa takut akan ketidaklulusan pada mata kuliah ini yang mulai menghantui pikiran. Maka, jalan terbaik dari permasalahan itu adalah bertekun dalam usaha dan doa. Setiap petemuan saya jalani dengan sungguh-sungguh; penelitian saya kerjakan dengan sepenuh hati, dan bagian akhirpun berhasil terselesaikan dengan baik; dan ketika melihat angka 'A' pada situs hasil studi, saya bersyukur sebesar-besarnya dan berterimakasih; kepada sang mahaguru, dan kepada dunia yang begitu ramah menyambut saya. Ternyata, apa yang saya takutkan tidak menuai kemungkinan terburuk di akhir karena bantuan dari usaha, doa, kerja keras, serta rasa siaga dan was-was. Dalam kegentaran, seseorang dapat mewujudkan pencapaian-pencapaian berarti dan tak terduga.

Dan dua kalimat yang paling saya sukai dari tulisan ini:
"Orang yang hebat dan terhormat seperti pak Ali tidak akan pernah bisa tidak disukai. Orang akan merasa berdosa dengan sendirinya bila jengkel dengan beliau."

Rangkuman Hari-hari

Kemarin, saya futsal dengan beberapa kawan sekelas dan beberapa orang dari kelas lain. Pertandingannya berlangsung seru namun melelahkan bagi semuanya, karena kebanyakan kami tidak berolahraga selama berbulan-bulan. Beberapa dari kamipun cedera telapak kaki. Beberapa harus merelakan kulitnya terkelupas karena gesekan lantai lapangan futsal (by the way, saya dan kawan-kawan tidak memakai sepatu.) Saya menderita paling parah. Disamping telapak kaki yang ter-(tidak perlu saya menyebutnya), sekujur badan pegal-pegal. Sungguh melelahkan, namun sangat berguna sebagai momen pemersatu saya dan kawan-kawan dengan kelas sebelah yang kini bercampur jadi satu di jurusan sastra. Saya sebenarnya tidak suka menyatu dengan kelas itu. Jujur. Saya hanya menikmati futsalnya. Meskipun semester ini ada pembauran yang tidak diharapkan seperti itu, saya tidak berharap banyak untuk berkenalan dengan mereka semua, hehehe. Sebab, teman-teman saya sudah merupakan 80% kebahagiaan hidup, bagian terbesar dibanding hal-hal lainnya. Mereka semua, tanpa terkecuali, cukup membuat saya sangat bahagia.

Senin, 20 Januari 2014

Lagu-lagu Saya


gitar di pojok ruangan
Good things happen when you least expect them. Sebuah pencerahan menggerakkan diri untuk membuat suatu karya. Saya tak begitu yakin sebenarnya, tetapi kemarin dua lagu tercipta di sela-sela jam istirahat. Hal ini menggembirakan hati sebab musik adalah apa yang selalu mengiringi hari-hari saya, dan akan sangat mengagumkan jika dapat menciptakan suatu lagu yang disukai orang. Jikalau hanya saya yang dapat menikmatinya, tak masalah, karena karya tersebut dapat bercerita banyak mengenai saya, untuk orang-orang yang saya cintai. Maka, menulis lagu kini menjadi opsi menyenangkan di waktu-waktu luang. Saya ingin menulis, namun bingung mau menulis apa. Menulis novel terlalu panjang. Menulis cerpen? Cerpen tak begitu menawan. Nah, dalam hal ini menulis lagu adalah yang paling menyenangkan. Akan ada kejutan-kejutan menarik ketika dapat menciptakan suatu rima di kala menulis syairnya. Sangat menyenangkan. Hanya ketidakpercayaan diri yang menghalangi saya untuk menyanyikannya, karena suara saya yang tak bagus. Mungkin suatu hari ada orang lain menyanyikan lagu yang saya ciptakan. Ya, mungkin suatu hari saya butuh vokalis. Vokalis perempuan? Mungkin. Karya-karya apapun nantinya, yang jelas semua adalah dedikasi saya sendiri untuk membuat hidup ini indah dan bermakna. Membuat hidup lebih berarti dengan membuat karya-karya.

Untuk pembaca, semoga engkau menjadi kebanggaan bagi orang-orang yang akan engkau cintai. Sampai jumpa, salam!

Kamis, 16 Januari 2014

Rangkuman Hari-hari

Saya menjalani hari-hari yang indah beberapa waktu yang lalu. Sempat reuni kecil-kecilan dengan sahabat saya Stanlee, Denta, Aldo, dan kawan-kawan lainnya. Sempat juga mengajari sang sahabat mengendarai sepeda motor tangki depan. Suatu kebanggaan tersendiri dapat membuatnya bisa melakukan apa yang selama ini sulit ia lakukan. Suatu kehormatan sepeda motor kuno saya dipakainya untuk nge-date di Minggu malam. Diatas semua itu, berkumpul bersama sahabat-sahabat adalah suatu anugerah yang sangat indah bagi saya. Waktu yang sangat berkualitas, kalau boleh saya menyebutnya, karena dengan itu saya jadi lebih bersemangat lagi menjalani kehidupan ini.
Saya, Ovan, Beni, Stanlee(atas). Lee juga menulis blog. Klik untuk mengunjunginya.
Selain tentang kawan-kawan, saya mengalami hal-hal ilahi. Beberapa hari terakhir, saya merasa lebih dekat dengan Tuhan. Perlahan mencoba untuk selalu dekat dengan-Nya dengan berpuasa. Berusaha menjauhi segala hal yang berakibat dosa, berusaha untuk tidak mengeluh, dan menahan setiap pikiran negatif. Saya sengaja berjuang seperti ini karena suatu keinginan agar Tuhan tidak enggan dekat dengan saya sehingga saya merasa terberkati dan aman. Inilah yang menjadi kebahagiaan tersendiri bagi saya; suatu kebahagiaan yang selalu awet dan penuh kedamaian.

Rabu, 08 Januari 2014

Pemandangan di Ufuk Selatan

Langit selatan menyimpan misteri. Disana, awan-awan seringkali tampak berjajar dan beriringan; begitu mempesona. Teksturnya halus dan lembut, seperti sedang mengepul dari samudera. Oh Samudera! Lautan batas ujung selatan negeri mulia ini, kesan keramat dan kerahasiaannya selalu terjaga, tak lekang oleh jaman.
Ada begitu banyak kisah-kisah mistis dari lautan selatan, yang tak akan dapat dicerna dengan akal sehat. Orang-orang masih menghormati sang penguasa samudera. Beberapa ritual penghormatan diadakan dalam jangka waktu tertentu dalam setahun. Mungkin, hal ini merupakan salah satu penyebab mengapa langit selatan kerapkali tampak mempesona. Teriknya sinar matahari yang memanggang bukit-bukit kapur juga kerap memunculkan pesona tiapkali mengingatnya. Hmm. Betapa indahnya cakrawala di ufuk selatan!

Tentang Ironi

Tak ada lagu cinta untuk kali ini. Hati terbohongi berulangkali, karena tiapkali mendengarnya, perasaan terpukul oleh ironi. Ketiadaan cinta seperti yang terlantun pada lagu adalah apa yang menggema saat ini. Jadi, lebih baik tidak mendengarkan lagu-lagu kerinduan, kekaguman, kesetiaan, dan semacamnya (mungkin) untuk beberapa waktu kedepan. Tak ingin menyakiti hati, tak ingin pula tenggelam dalam imajinasi dan harapan tentang cinta impian. Dia yang selama ini dekat terus memicu pergulatan batin dalam ruang yang pekat. Ia yang menjadi idaman buat perasaan semakin terpendam. Oh, apakah yang bisa dilakukan oleh seseorang seperti yang suka merenung ini? Sejauh inikah pencapaian atas kekaguman? Mungkin jawanbannya ada di lubuk hati, yang tak selalu terjangkau oleh akal dan kesadaran diri.

Senin, 06 Januari 2014

Petang dan Gemuruh

Malam ini sangat memorable. Rasanya seperti dejavu. Ketika menelusuri petang hari, angin bertiup menggetarkan dedaunan pohon bambu, menimbulkan suara gemuruh seperti ombak di pantai. Langit diatas begitu tenang. Rintik-rintik gerimis menerpa kulit; menimbulkan aroma dingin yang mendamaikan.
Suasana ini seperti di masa kecil. Bulan Januari biasanya terisi dengan gemuruh-gemuruh di atas pepohonan sepanjang hari, sepanjang malam. Kala petang, turunlah hujan rintik-rintik. Suasana di sekitar halaman rumah tampak sepi. Tak ada suara-suara dan tawa di tempat berkumpul para tetangga di dekat sungai. Tampaknya semua memilih untuk bercengrkrama hangat dengan keluarga. Hanya nyanyian-nyanyian katak di sawah depan rumah, dan iringan nada para jangkrik yang terdengar di petang hari yang sunyi. Di kejauhan, mendengung suara kereta senja yang telah berangkat. Begitu samar, begitu syahdu seperti lagu rindu tempo dulu. Sungguh, suasananya indah bagaikan gaung merdu, yang tak akan terhapus oleh waktu.

Image: taken from here

Minggu, 05 Januari 2014

Keteguhan Ayah

Sebentar lagi, adik saya akan lulus SMP dan masuk SMA impiannya. Belum ada kabar pasti, namun kami semua berharap dia diterima. Untuk masuk SMA itu, ayah harus berkorban banyak hal. Mungkin, beliau akan menjual satu-satunya lahan warisan orangtuanya. Saya sedih melihat beliau bersusah payah sedemikian. Ibupun juga sangat prihatin dengan hal itu. Namun, ayah selalu bercerita tentang satu temannya yang telah kehilangan banyak lahannya demi membiayai sekolah anak-anaknya; yang kini semuanya sukses. Hal inilah yang ayah saya selalu tekankan, tiapkali ia harus berkorban demi keperluan sekolah saya dan adik. Orang-orang seringkali menyayangkan keputusan ayah ini. Beliau menceritakan bahwa beberapa orang mengatainya ceroboh. "Anakmu itu jangan dituruti terus!" demikian kata seseorang. Sementara seseorang lagi berkata "Kau rugi besar menjual lahan itu!" Untuk hal-hal seperti ini,  ayah saya tidak peduli. Beliau punya prinsip; tak ingin hidupnya terpengaruh oleh omongan orang. Beliau percaya pada masa depan; kepada anak-anaknya. Ya, beliau, ibu, adik, dan saya sendiri percaya pada masa depan. Jikalau hari ini langit mendung, saya yakin besok cerah. Jikalau besok masih mendung, saya yakin, lusa pasti cerah. Apabila saya mendapati lusa masih belum cerah, saya masih percaya dan yakin, hari setelah lusa, atau dua hari setelahnya langit akan biru. Saya percaya akan harapan.

Jumat, 03 Januari 2014

Setiap Orang Berhak Bahagia

Saya melihatnya sejak awal masuk universitas. Tak tahu, di jurusan mana gadis itu menempuh studi; yang jelas, ia seangkatan dengan saya. Badannya begitu mungil, terlalu mungil, mungkin untuk bisa dikatakan anak kuliahan. Lehernya amat pendek, sehingga kepalanya seakan menempel di bahu. Sesekali saya berasumsi bahwa ia cacat. Setiap kali berjalan dengan teman-temannya yang tingginya rata-rata, ia selalu tampak bersusah payah mengejar langkah mereka. Langkahnyapun seperti tertatih-tatih.
Terkadang saat saya melihatnya, ada rasa iba dan prihatin mengusik hati. Tak jarang muncul pertanyaan "Apakah ia punya teman baik?" Lalu, biasanya dengan sendirinya muncul doa supaya dia mendapat kebahagiaan seperti yang dirasa orang-orang normal yang bahagia; semoga orangtuanya mengasihinya setulus hati; dan semoga Tuhan menyertainya dalam perjalanan hidupnya meraih impiannya. Disamping rasa iba, saya juga merasa melihat cahaya pada dirinya. Di wajahnya terpancar suatu semangat dan asa yang selalu menyala. Ia tampak berteguh hati menjalani kehidupannya.
Suatu ketika, saya berdiri di gedung D7 fakultas sastra. Saya melihatnya; berjalan beriringan dengan teman-temannya sambil tertawa. Teman-temannya tampak baik dan tulus. Saya senang melihatnya. Dalam hati, dengan sendirinya terdengar kata-kata "Iapun berhak mengalami keindahan kehidupan ini, dan dunia harus menyambutnya." Kata-kata ini selalu muncul setiap kali saya melihat orang-orang sepertinya yang sedang bahagia.

Kamis, 02 Januari 2014

Idealis dan Indenpenden

*Tulisan ini untuk orang-orang yang mungkin tidak berbeda denganku; hidup dengan mimpi-mimpi dan berbagai harapan yang bernaung di hati
..
...
Mungkin di masa kuliah, orang merasa dirinya sedikit lebih idealis dan selfish. Mungkin, engkau tidak mau masa depanmu tergantung pada sesuatu. Masa depan adalah milikmu sendiri. Mungkin, saat ini engkau merasa tak perlu ikut organisasi-organisasi atau segala macam perkumpulan dimana engkau akan bertemu orang-orang asing, karena berada bersama teman-teman jauh lebih menyenangkan. Sesekali engkau merasa pesimis akan masa depan, karena tidak banyak orang yang kau kenal untuk bisa dikatakan sebagai 'jaringan.' Namun, engkau punya harapan besar akan kemampuanmu untuk berkarya. Mungkin engkau berprinsip, "Aku tak mau bekerja dan terikat lembaga; aku mau berkarya dan hidup dengan itu." Hidup ini penuh misteri. Bukan tidak mungkin engkau, aku, dan orang-orang semacam kita akan mengingkari prinsip bebas itu dan terikat suatu lembaga suatu hari. Namun, yang sejati akan selalu berusaha menemukan kehendaknya kembali; kehendak untuk hidup dengan penuh kebebasan. Wahai para pemimpi yang suka berimajinasi dan menulis visi-misi; semoga alam jagat raya membantu kita merengkuh harapan-harapan yang setiap hari mewarnai hati!

Di Desa

Di liburan ini, saya jarang sekali menghabiskan waktu dengan pemuda-pemuda desa. Padahal, dulu di masa kecil kami sering bermain bersama. Merekapun mengenal saya. Setelah merenung sedikit, ternyata itu semua karena mereka sudah ketinggalan jauh; juga, karena yang saya kenal baik dulu, sekarang sudah merantau ke berbagai daerah di Indonesia dan Asia ini. Bukannya sombong, karena tak ada hal yang dapat saya sombongkan. 'Ketinggalan' maksudnya ialah pola pikir. Karena mereka tidak kuliah dan sebagian tak lulus SMP, yang mereka tahu hanyalah: kerja, menonton konser dangdut, minum oplosan*, dan kawin. Yah, begitulah ritme hidupnya. Saya tak begitu peduli dengan mereka. Khusus untuk sanak saudara dan kawan-kawan, saya mau membantu dan mendukung mereka. Jadi ketika liburan di Blitar, saya kebanyakan di rumah. Saya lebih suka menikmati keramahan kehidupan di desa; tanpa masuk dalam kehidupan mereka yang telah saya sebutkan tadi.

*oplosan=minuman keras yang sudah dicampur dengan bir, atau coca-cola, atau tebs, dll.

Tahun Baru Saya

Tanggal satu Januari memang spesial bagi semua orang. Bagi saya, tanggal itu jauh lebih spesial karena ibu ulang tahun. Pada malam pergantian tahun itu, saya diajak tetangga-tetangga (teman2 adik saya) dan keponakan-keponakan untuk ngumpul bersama berpesta. Awalnya ragu, karena sudah lama sekali tidak berkumpul bersama mereka. Dengan sedikit pasrah karena sungkan saya ikut saja pesta kecil itu. Di tempatnya, saya merasa asing. Sementara mereka bergembira, saya tampak diam sendiri menikmati jagung bakar sambil bercakap-cakap kecil dengan beberapa orang. Teman-teman yang cowok disitu betul-betul membuat saya risih. Mereka alay. Saya tak menyangka guyonan mereka benar-benar payah. Para cewek, dilain sisi, sangat antusias dengan kehadiran saya, namun tetap saja suasana disitu benar-benar tak nyaman. Akhirnya, saya tinggalkan pesta itu dan pulang. Sesampai dirumah, ibu bertanya mengapa kok pulang. Saya katakan padanya bahwa saya tak seharusnya menghabiskan malam spesial dengan orang yang tidak terkasih. Akhirnya, saya berduaan dengan ibu menyambut tahun 2014 ini. Tak ada perayaan semeriah tahun lalu di puncak agrowisata Batu. Namun, selalu, saya melaluinya dengan orang yang terkasih.