Minggu, 05 Januari 2014

Keteguhan Ayah

Sebentar lagi, adik saya akan lulus SMP dan masuk SMA impiannya. Belum ada kabar pasti, namun kami semua berharap dia diterima. Untuk masuk SMA itu, ayah harus berkorban banyak hal. Mungkin, beliau akan menjual satu-satunya lahan warisan orangtuanya. Saya sedih melihat beliau bersusah payah sedemikian. Ibupun juga sangat prihatin dengan hal itu. Namun, ayah selalu bercerita tentang satu temannya yang telah kehilangan banyak lahannya demi membiayai sekolah anak-anaknya; yang kini semuanya sukses. Hal inilah yang ayah saya selalu tekankan, tiapkali ia harus berkorban demi keperluan sekolah saya dan adik. Orang-orang seringkali menyayangkan keputusan ayah ini. Beliau menceritakan bahwa beberapa orang mengatainya ceroboh. "Anakmu itu jangan dituruti terus!" demikian kata seseorang. Sementara seseorang lagi berkata "Kau rugi besar menjual lahan itu!" Untuk hal-hal seperti ini,  ayah saya tidak peduli. Beliau punya prinsip; tak ingin hidupnya terpengaruh oleh omongan orang. Beliau percaya pada masa depan; kepada anak-anaknya. Ya, beliau, ibu, adik, dan saya sendiri percaya pada masa depan. Jikalau hari ini langit mendung, saya yakin besok cerah. Jikalau besok masih mendung, saya yakin, lusa pasti cerah. Apabila saya mendapati lusa masih belum cerah, saya masih percaya dan yakin, hari setelah lusa, atau dua hari setelahnya langit akan biru. Saya percaya akan harapan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar