Selasa, 29 April 2014

Alegori

By the way, tulisan saya sebelumnya mengandung alegori atau simbolisasi lho. Tentang sesuatu yang hanya bisa dipahami oleh orang yang sering bertemu saya alias teman-teman. Saya ceritakan sedikit, ya!. Alegorinya adalah bahwa saya suka dengan seseorang yang ramai. Cerewet dan super PeDe. Ini sangat kontras dengan diri saya yang cenderung sepi. Kesamaan dalam alegori itu sendiri adalah bahwa meskipun kota Malang sering bising dan macet, saya tetap cinta karena tetap ada saat-saat dimana udara begitu sejuk dan langit teduh. Nahh, sidia yang saya maksud ini, meskipun ramai dan cerewet, begitu menyejukkan hati.
Begitulah...

Crowded but Lovely

Mungkin diluar sana juga banyak orang yang tidak menyukai keramaian seperti saya. Keramaian yang gaduh dan ribut kerapkali membuat kepala saya pusing. Bagaimanapun juga, kota ini terus bertumbuh menjadi semakin ramai. Kemacetan parah (seperti di Jakarta) siap menghampiri jalur-jalur vital seperti di jalan Sumbersari, perempatan ITN, Mergan, jalan Ir. Rais, dan lain-lain. Namun, saya tetap cinta dengan kota ini. Salah satu fase hidup paling membahagiakan ada disini. Kenangan-kenangan jatuh bangun dari pertamakali kuliah hingga kini tersimpan di hati. Malang, oh Malang, saya mencintaimu seperti saya mencintai seseorang; bagaimanapun juga keadaanmu, saya tetap cinta.

Sekilas Tentang Kemarin

Hari kemarin sangat konyol. Rahang saya kaku dan linu, karena kebanyakan tertawa. Berjam-jam bercanda tiada henti. Tertawa dan ngakak terus-terusan. Salah satu faktor penyebab rahang linu adalah kejadian satu teman kami, Akbar. Waktu itu kami saling beradu otot dengan panco. Akbar melawan Oni. Salah satu teman berkata siapa yang kalah akan kena usap penghapus papan tulis. Akbar kalah. Seseorang mengusapkan penghapus papan tulis ke pipinya sehingga menghitam. Ia lantas ke toilet untuk membersihkannya. Setelah itu pertandingan berlanjut.
Selang beberapa menit, Akbar kembali dengan wajahnya yang bukannya malah bersih sehabis cuci muka, tetapi malah menghitam lebar secara keseluruhan. Seisi kelas meledak tertawa terbahak-bahak. Beberapa jatuh ke lantai, beberapa berguling-guling sambil menahan perut. Kemudian, seseorang mengingatkan kami akan hal yang sama yang biasa terjadi di serial Tom and Jerry, dimana ledakan bom di wajah sering terjadi.






Minggu, 27 April 2014

Bedanya Musik Legenda

Musik-musik British ternyata memang beda, ya. Lagunya abadi. Musik The Beatles, Procol Harum, Queen, Radiohead, Oasis, hingga Muse tetap enak didengar kapanpun. Tidak ada kesan bosan meski diputar berulang-ulang; sangat berbeda kalau saya memutar lagu-lagu pop atau rock yang release baru-baru ini dengan cara yang sama. Apa yang membedakan, lantas? Saya sendiri tidak tahu pasti, tapi mungkin orang-orang tua yang suka lagu barat pada masa mudanya tahu jawabannya. Salah satu dosen saya, pak Johannes, yang pada malam EDA menyanyikan lagu Paul McCartney, mungkin bisa menjawab. Atau, paman saya yang suka The Beatles dan Queen punya jawaban pasti.
Kalau berdasarkan pendapat beberapa kawan dan berbagai alasan lain yang saya temukan di internet, orang-orang menyukai musik British dari jaman The Beatles hingga kini karena musiknya enak didengar kapanpun, tidak terikat trend dan popularitas. Jadi, sekali musik itu populer, akan tetap populer selamanya. 
Sama halnya dengan British, musik di Indonesia juga sama. Masa jaya-jayanya Ebiet G Ade, Chrisye, Iwan Fals, Kla Project, dan lain-lain yang seangkatan memang sudah berlalu. Namun, lagu mereka masih enak didengar kapanpun dan dimanapun. Rasanya tak ada yang bisa seperti mereka, kala kita melirik pada band-band atau penyanyi masa kini yang lagunya hanya bisa bertahan populer kurang dari enam bulan. Tak ada yang bisa diandalkan dari mereka, apalagi boyband. 
Masa Rhoma Iramapun juga sudah berlalu lama sekali, bukan karena dia sekarang berkecimpung di politik lho ya, tetapi memang kejayaan dangdutnya pada masanya sudah berlalu. Kini tak ada yang bisa sepertinya, kan? Si anak, Rhido Rhoma? Nassar KDI? Dedi KDI? Saskia Gotik? Ayu Ting-ting? Mereka terikat rentang popularitas, tak akan bisa seperti sang Rhoma Irama.
 Nah, begitulah menurut saya kecenderungan para musisi dan artis jaman sekarang. Bagaimana ya saya menyebutnya? Oh! Menurut saya mereka kurang kreatif! Masak lagu-lagu hanya tentang cinta, LDR, selingkuh (nahh lagu-lagu masa kini tentang yang satu ini menyebalkan!) Masak penyanyi dangdut tidak menciptakan lagu sendiri.
Anyway, ini hanya pendapat saja. Mungkin anda juga setuju dengan saya. Berbahagialah jika sependapat, hehe!

Sabtu, 26 April 2014

Teges!!!

"Teges," demikian motivasi kawan saya, Oni. Lanang iku kudu teges! Laki itu harus tegas!
 -- --
Bicara soal "teges," saya pribadi merasa bahwa postingan-postingan sebelumnya nuansanya agak feminim atau tidak maskulin. Tulisan-tulisan dipenuhi dengan goresan perasaan yang tertuang. Sharing tentang kegundahan dan kesendirian nampaknya juga tergolong bukan maskulin. 
Pada mulanya, ingin sekali saya menghapus semuanya dan memulai yang baru, namun, rupanya saya lebih menghendaki supaya semuanya tergeletak disitu, biar menjadi tumpukan kisah yang tak akan pernah usang. Betul sih, nggak akan usang, karena kan bukan kertas!
 Cerita akan terus berlanjut. Apa yang disebut maskulin akan datang suatu hari nanti, ketika saya berpetualang dan menjelajah. Kisah ini akan berlanjut. Kisah-kisah pengharapan hingga kisah-kisah pencapaian! Teges! Lanjutne!

Malam Kemarin Usai

Usai sudah serangkaian acara pesta ulang tahun jurusan semalam. Sebelumnya, pikiran masih dipenuhi dengan bayang-bayang akan acaranya.
Saya berserta kawan-kawan ikut menjadi pengisi acara. Kami ngeband, dengan hanya satu lagu dari Radiohead, Creep. Pada hari-hari sebelumnya, kami latihan setelah pulang kuliah. Saat itu ada banyak hal di dalam kepala saya, mulai dari gugup karena ancaman dari seorang pembawa acara*, tugas-tugas dan presentasi menumpuk, hingga gugup karena belum pernah tampil di acara-acara jurusan, apalagi EDA (English Department Anniversary). Namun, di tengah jenuhnya pikiran itu, saya senang karena kehadiran seseorang.
Tidak enak rasanya menyebut nama-nama bunga itu lagi. Kini saya menegaskan diri, untuk dia yang saya maksud. Mungkin engkau perlu sedikit tahu; saya dan dia hari-hari ini sering bercandaan gombal-gombalan. Dia yang mengawalinya, mungkin sejak beberapa bulan yang lalu. Hingga kini, candaan-candaan itu malah kelihatan seperti curhat pikiran. Ah, ini hanya firasat kok. Atau bisa jadi sungguhan? Kata beberapa kawan, ia memang sengaja demikian karena memang benar-benar suka. 
Tidak ada yang pasti memang, kecuali pesonanya yang terus bertumbuh, menjadi lebih indah hari ke hari. Keindahannya membawa rasa damai di hati. Kekonyolan tingkah laku dan suara serta tawanya yang melengking memberikan suatu nuansa keceriaan yang unik; keceriaan yang penuh!

Rabu, 23 April 2014

Pandang Dunia dengan Kacamatamu Sendiri!

"Aku bertemu seorang jenius 
hari ini
berusia kira-kira enam tahun
dia duduk disampingku
dan ketika kereta
melaju sepanjang pantai
kita mendekat ke laut
dan kemudian ia menatapku
dan berkata,
itu tidaklah indah

Itu adalah kali pertama aku
menyadari
hal itu"
 Karya Charles Bukowski

Kali ini, saya ingin menyampaikan apa yang sangat berkesan di hari ini; dan semoga ini juga bisa membawa kesan untukmu.
Puisi ditas sebenarnya dalam bahasa Inggris, ditulis oleh Charles Bukowski. Sengaja saya menerjemahkannya agar mudah dipahami oleh siapa saja, meskipun merubah beberapa aspek bentuk puisi tersebut. Ohya, sumbernya berasal dari lembar presentasi kawan saya, Manyun dan Satrio, yang 'out of the box' memilih karya luar biasa ini sebagai topik bahasan mereka..
Secara garis besar, puisi ini menunjukkan bagaimana orang kebanyakan berpikir tentang suatu hal dan bagaimana mereka memercayainya karena 'kebanyakan' itu sendiri. Laut dan pantai bagi kebanyakan orang adalah tempat yang indah dan menyenangkan. Maka, sebuah generalisasipun terjadi: Pantai itu indah dan menyenangkan. Pantai itu indah, bukan karena indah semata-mata, namun juga karena kebanyakan orang berpikir demikian. Namun, si bocah dalam puisi itu berkata pada si 'Aku' bahwa pantai itu tidak indah. Kemudian, 'Aku' menjadi sadar akan hal itu, bahwa ia sebenarnya sudah sejak dulu berpikir bahwa pantai itu tidak indah, namun tetap menganggapnya indah karena kebanakan orang mengatakannya demikian. Pernyataan si bocah membuatnya sadar. Si 'Aku' kemudian menobatkannya sebagai 'jenius,' karena bocah itu mampu melihat dunia dan berpikir tentangnya dengan jalan pikirannya sendiri, tidak ikut-ikutan pandangan kebanyakan orang.
Saya juga setuju dengan si jenius. Kehidupan sekarang ini menurut saya terlalu ramai. Tayangan tayangan di televisi terlalu banyak hura-hura. Program yang tidak bermutu, menurut saya. Pembawa-pembawa acaranya sok seru dan bermodal pas-pasan dalam membawakan acara; hanya bermodal penampilan, kepercayaan diri selangit, dan ketidaksungkanan dalam membuat olokan. Olokan dan senda gurau yang melecehkan! Kini kedua hal itu sudah biasa. Acara-acara humor kinipun semakin tidak bermutu, membuat saya bengong karena garing dan tak ada yang lucu. Yah... begitulah bagaimana ketika tren merajai media.
Bagaimanapun, ini pendapat saya. Mungkin engkau tak sependapat. Maaf. Jika memang tak sependapat.Jangan khawatir, karena kebanyakan orang berpikir bahwa tren-tren itu menyenangkan dan baik, buktinya acara-acara yang saya maksud masih berjalan hingga kini. Itu kan berarti karena banyak penontonnya? Isn't that? (*Beberapa lho ya..nggak semua acara kok yang menurut saya tidak bermutu).
 Saya pribadi tidak suka mengikuti tren begitu saja. Tidak mengikuti, hingga ketinggalan jaman malahan. Tapi nggak masalah menurut saya, sejauh saya tahu hal-hal penting apa yang baru-baru terjadi.
Ok. Goodbye (God be with ye)!!!!!!

Selasa, 22 April 2014

Kehebatan, Wahai Kawan!

Suatu kehormatan bagi saya, diciptakan untuk berteman dengan orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar. Saya merasa senang dan bersyukur punya teman-teman yang hebat. Inspirasi dan dorongan agar tidak tertinggal muncul dari kehadiran mereka semua. 
Saya berteman dengan orang orang (menurut saya hebat) yang berpotensi sukses besar pada suatu hari (sangat). Ada pemusik-pemusik yang ciamik sejauh ini; Beny si pianis-drummer-gitaris-bassis-vokalis-dan-dirigen (yang satu ini sangat multitalent), sang sobat, Kirun, hingga Bagas yang saya kenal di bangku kuliah ini. I appreciate them all. Suatu hari dunia akan mendengarkan alunan musik mereka. 
Hmm. Mengapa saya begitu optimis? Karena saya sendiri optimis tiapkali menyadari bahwa teman-teman saya hebat. Hal ini seringkali menjadi pendorong semangat saya untuk maju.
Selain pemusik, saya juga berteman dengan orang-orang hebat pada bidang-bidang tertentu. Mereka semua tersebar di berbagai tempat di negeri ini. Ada yang di Jogja, Semarang, Surabaya (banyak), Lombok, Jakarta, Bali, dan lain-lain. Semuanya tengah bergulat dengan hidupnya masing-masing mempersiapkan masa depan. Sayapun demikian. Semoga rahmat Tuhan menyertai setiap langkah kami semua..

Jumat, 18 April 2014

Surat Maaf

Kepada semua,
Pertama, saya minta maaf, saya tidak menghadiri ibadah Jum'at agung sore ini. Maafkan saya, Tuhan... Kedua, maaf kepada keluarga saya, karena sejauh ini saya belum bisa menyatukan kita semua. Kami belum bisa ke gereja bersama-sama. Maaf. Ketiga, maaf kepada anda yang berbahagia, yang membaca sharing-sharing saya dari waktu ke waktu. Maaf apabila jarang ada pengalaman lucu dan bahagia untuk dishare. Tapi, tentu saja hidup saya tak pahit. Ada banyak pengalaman bahagia pula, namun jarang sekali saya bagikan. Anda sendiri akan mendengar cerita membahagiakan kedepannya, yang lebih baik dibanding cerita-cerita sebelumnya. Sekian.

Terimakasih,
Tuhan memberkati!

Senin, 14 April 2014

Sibuk Lagi

Semester ini penuh berkah dan kegembiraan, namun di lain sisi, penuh kesibukan dan kerja keras. Malam ini saya melembur lagi untuk menyelesaikan presentasi dan satu puisi untuk hari urang tahun jurusan. Rencana yang awalnya menyelesaikan dua hal diatas, berubah karena saya kehabisan ide untuk berpikir logis. Saya beralih menulis sebuah puisi, yang penulisannya menghabiskan waktu lebih dari dua jam. Entah karena passion ataukah suatu kebetulan, saya tak tahu. Yang jelas, sekarang saya sangat lelah dan ingin segera istirahat, lalu menghadapi kesibukan lain pada esok hari. Mungkin pada malam-malam berikutnya kegiatan yang sama akan terulang sampai semester ini berakhir. Oh, ya!! Saya tidak suka semester ini, dan semoga ini berakhir dengan baik dan cepat. I want to break free! Saya ingin segera libur dan mengunjungi sahabat saya di Surabaya!
Okei, sekian dulu untuk kali ini. Selamat menjalani hidupmu!

Kamis, 10 April 2014

Akhir Satu Pencarian

Di masa kecil, dunia memperkenalkan saya dengan yang namanya kedamaian, lewat A Whiter Shade of Pale.  Lagu itu sangat mengena dan memorable. Saya pertamakali mendengarnya saat layanan internet masih belum mapan, mungkin sekitar tahun 1999-an, dari tape analog yang memutar kaset berisi lagu-lagu jadul barat kepunyaan bibi saya. Pada waktu itu judul dan penyanyinya masih belum diketahui, karena sampul dari kaset tersebut sudah hilang entah kemana. Jadi pada saat itu hal yang bisa dilakukan adalah menikmati lagunya dan mengagumi penyanyinya, yang entah bagaimana rupanya. 
Suatu ketika, kaset tape analog yang memuat lagu itu hilang entah bagaimana. Tak ada kesedihan atas hal itu, namun beberapa tahun kemudian, ketika mendengar lagu itu di suatu tempat asing, rasa kerinduan muncul dari dalam hati, suatu kerinduan yang amat dalam, yang terpendam waktu. Saya masih kelas enam SD, kira-kira, masih belum terlalu mahir untuk mengoperasikan alat-alat berteknologi untuk mencari sang melodi yang hilang. Kemudian, selanjutnya saya harus menjalani hidup dengan menyimpan rasa rindu untuk mendengar lagu itu lagi, karena tak ada lagi yang memutarnya.
Bertahun-tahun, rindu itu dipendam, di sudut hati yang dalam dan gelap, sehingga saya bisa untuk tidak memikirkannya, namun, tetap mencari dan masih berusaha. Akhirnya, pada (kira-kira satu) tahun lalu, saya mendengarnya kembali di kumpulan lagu-lagu jadul versi instrumental di laptop. Sungguh bahagia bukan main! Saya menemukan harta yang hilang! Harta semenjak masa fajar hidup saya, yang menuturkan kedamaian jiwa. Sungguh, saya gembira sekali. Bisa engkau bayangkan sendiri bagaimana rasanya rindu bertahun-tahun kemudian menemukan apa yang selama ini sangat dirindukan. Apa yang selama ini menghilang, diketemukan kembali.
Saat inipun, saya amat sangat bangga atas pertemuan kembali dengan melodi yang sempat menghilang dari hidup saya itu. Kasus yang sama juga terjadi pada lagu Always Somewhere-nya Scorpion, namun saya hanya menunggu kira-kira empat tahun untuk mengetahui judul dan memiliki lagunya selamanya (di kaset digital maksudnya). 
 Kini, tidak perlu lagi mencari-cari, sebab judulnya sudah diketahui: A Whiter Shade of Pale, dan band yang menyanyikannya, Procol Harum (Britis).
My life has been a beautiful life since You introduced me to songs and melodies, O Lord!
Hidup saya telah indah sejak fajar merekah, sejak lagu-lagu dan melodi mengawali hari dengan kedamaian.

Selasa, 08 April 2014

Terimakasih, ya

Bingung tentang apa yang mau ditulis. Hari ini ternyata baik-baik saja, berlalu singkat namun ringan dan simple. Perkembangan kisah cinta? Perkembangan hidup? Semua baik-baik saja (maksudnya tak ada perkembangan berarti, hehe). Oleh karena itu, pada kesempatan ini, saya mau mengucap terimakasih pada pembaca sekalian, yang sudi meluangkan waktunya hanya untuk membaca sharing saya. Sungguh ini suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya. Terimakasih, pembaca! Terimakasih, pengunjung, semuanya saja, baik yang terlacak widget daftar pengunjung maupun tidak. Terimakasih banyak!
Semoga hari-hari anda penuh berkah dan sukacita! Viva la Vida!

Senin, 07 April 2014

Malam Terlalu Cepat Berlalu

Malam ini saya sengaja menghafal puisi, nonton TV, hingga membaca-baca blog teman. Waktu terlalu cepat berlalu. Hari ini saya rasa sangat indah dan terlalu sayang untuk cepat berlalu. Malam ini, berhubung saya sedang berada di desa, saya hanya ingin 'melek' lebih lama, dan menikmati sisa-sisa bahagia di hari yang penuh tawa ini. Ada sedikit rasa takut akan hari esok, karena hari esok ada kesibukan dan kemungkinan besar tidak akan sama dengan hari ini. Kemungkinan esok ada kesusahan, karena demikianlah firasat mengatakan. Kini, saya mengulur kemungkinan itu; menikmati kebahagiaan, kedamaian, dan kehangatan jiwa yang bersemayam di hati.

Lihatlah Cakrawala

Sore ini saya pulang ke Blitar lagi untuk menyelesaikan urusan menyebalkan dengan si polisi gila. Saya berangkat sendiri. Syukurlah langit cerah sepanjang  jalan, sehingga kali ini saya berkesempatan menikmati pemandangan sore hari yang amat sangat jarang saya temui, sambil melaju pelan dengan diiringi musik-musik syahdu. 
 Ketika memasuki wilayah kabupaten Blitar, ada perasaan yang berbeda. Hati saya dipenuhi kedamaian dan kehangatan yang tak terkira ketika melihat cakrawala yang sedang penuh dengan kilau cahaya jingga keemasan di barat. Jalan mulai tampak gelap dan lampu-lampu di pinggir jalan menyala. Di tepi jalan, ladang padi yang luas tampak bergelombang tertiup angin, seperti ombak di pesisir. Kegiatan-kegiatan orang di penghujung hari mulai tampak. Penjual gorengan yang bersiap-siap, lalu-lalang para ayah yang menggandeng keluarganya, anak-anak berangkat mengaji, dan jalanan yang penuh dengan truk dan bis yang sibuk mengejar waktu; semuanya tampak jelas dan mengena di hati, sehingga saya mengingatnya hingga sekarang. Sunyi & syahdu! Sore ini sungguh terasa damai sekali. Serasa, saya sedang berjalan menuju rumah Tuhan. Damainya tak terkira!
Saya membentangkan tangan kiri, membiarkan telapaknya menyentuh ilalang di tepi jalan. Sapaan alam! Cara alam menyampaikan hadiahnya sungguh menakjubkan. Kedamaian, itu hadiahnya. Rupanya sore ini alam menyambut kedatangan saya, si petualang ini, dengan keindahan sederhananya yang memukau.


Minggu, 06 April 2014

Sibuk

Segala tugas-tugas yang mengurung pikiran minggu ini telah selesai. Saya melembur tiga malam untuk mengerjakan semua itu. Kemarin, saya menikmati keberhasilan atas selesainya essai yang sangat menyebalkan. Segala kesibukan yang lalu rupanya menjauhkan saya pada hal-hal yang lebih penting: keluarga! Seharusnya ada waktu untuk menelepon ibu dan berbincang-bincang lama, seperti hari-hari normal. Tidak sepatutnya saya sibuk sedemikian rupa; mengerjakan sesuatu yang sangat menjengkelkan dan meninggalkan rutinitas hidup biasanya. Jujur saya tidak menyukai tugas tengah semester itu. Everybody also does not like that. Tugas bagaikan rantai besi yang mengikatmu. Rasanya seperti dikendalikan. Ketika dikendalikan, tidak ada banyak waktu untuk kehidupan pribadi.

Selasa, 01 April 2014

Casablanca Again

 Minggu ini ada banyak tugas dan presentasi. Ada banyak hal yang harus diselesaikan. Saya harus menulis essai berisi minimal 1700 kata, presentasi di hari Rabu dan Jum'at, menyelesaikan karya puisi, dan mengerjakan kira-kira dua tugas dari dua mata kuliah berbeda. Saat menulis posting kali ini pun pikiran saya tidak sepenuhnya tenang. Dengan bantuan secangkir kopi hitam, pisang goreng, dan iringan instrumen Ballad Pour Adeline, saya bisa rileks sedikit. Ohya, semangat juga datang karena tidak lama tadi saya melihat foto-foto Casablanca; foto-foto saat ia jalan-jalan bersama sahabat-sahabatnya.
Casablanca menawan sejak dunia memperlihatkan dia kepada saya, semenjak masa ospek fakultas dan universitas. Kami berkenalan, kemudian seterusnya hanya berkomunikasi lewat pesan, dan itupun jarang. Kadang-kadang, kami bertemu langsung; di parkiran, di halaman gedung D, di lantai satu gedung Q3, dan di jalan, meskipun semua ini sangat jarang. Satu pertemuan seringkali membuat saya amat senang.
Ia kini aktif berorganisasi, sementara saya tidak ikut kegiatan apa-apa di kampus demi menekuni sesuatu. Saya sendiri tidak suka ikut organisasi. Maka, ya ini resikonya, saya jadi tak punya kesempatan untuk menjadi salah satu bagian dari hari-harinya. Ah, sekali lagi; karena perasaan tak punya apa-apa, saya tak ada cukup nyali untuk melakukan sesuatu untuk hal ini. It's just like Ebiet G Ade's song.
Hmm, saya pikir ini cukup sampai sekian. Ternyata waktu berlalu cepat sekali. Lima lagu sudah berlalu. Forever in Love mulai sampai pada nada-nada penutup. Saya kembali kepada tugas-tugas. Goodbye!!!
God bless You!