Rabu, 04 Juni 2014

What Now?

Bunga yang wangi semerbak berwarna putih, casablanca, telah dipetik. Bukan si pengembara yang selalu meliriknya, melainkan insan lain yang punya kebiasaan sangat rutin setiap harinya mendekatinya. Jadi, selanjutnya apa untuk si pengembara?
Rupanya ia telah terlalu lelah dengan kekalahan. Jiwanya terlalu banyak kehampaan dan gelap gulita. Ia sendiri sudah terlalu banyak bersedih karena ditinggalkan harapan. 
Seseorang menanyainya,
"Bagaimana perasaanmu? Melihat dirimu sendiri beberapa kali seperti itu?"
Pengembara menjawab,
"Entahlah. Saya lelah dengan hidup saya yang gelap. Saya hendak memulai yang baru, dengan diri yang baru, serta pembawaan hati yang baru pula."
"Mengapa berkata demikian?" Tanya orang itu lagi.
"Kau tahu, saya perlu lebih banyak aktualisasi diri. Mengapa saya harus mengharapkan sesuatu dengan mengorbankan perasaan? Mimpi-mimpi saya disana, jauh di depan. Tanggungjawab saya disini, di bahu kanan dan kiri. Semakin jauh saya melangkah, semakin besar tanggungan ini. Saya seharusnya jadi pria berhati singa, seperti Richard, atau berhati keras sekeras batu dan sedingin es. Saya berharap dan berusaha menjadi demikian karena memang hendaknya demikianlah hati seorang pengelana; hati seorang pria."
 "Saya mengerti," kata orang itu. "Kita seharusnya mengejar mimpi-mimpi kita dan fokus pada hal-hal itu. Mimpimu sangat simple, bukan? Kau mungkin hanya perlu sedikit fokus, maka akan kau raih semuanya," sambungnya.
"Benar. Terimakasih, sahabat!" jawab si pengembara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar