Jumat, 06 Juni 2014

Terjebak

Hari ini saya terjebak dalam pertengkaran rumah tangga. Ketika hendak istirahat siang, nenek menghampiri saya dan meminta untuk diantar ke rumah paman, karena ia menelepon nenek dan memintanya untuk datang sebentar ke rumahnya. Saya segera ganti pakaian dan berangkat. Tak butuh waktu lama untuk sampai di lokasi yang jaraknya 4 kilometer. Sesampainya disana nenek terkejut karena suasana rumah sepi. Pintu ditutup dan tak ada suara samasekali. Selang beberapa saat, paman membuka pintu dan mempersilahkan kami langsung ke ruangan belakang, melewati ruang televisi dimania bibi terbaring tidur. Setelah itu paman menceritakan langsung intinya bahwa ia dan bibi akhir-akhir ini bertengkar terus karena masalah anak yang nakal dan tidak bisa diatur. Ia membeberkan bahwa ia menyerah karena bibi terus menyalahkannya dan selalu mau menang sendiri dalam percekcokan.
Nenek mencoba menengahi; ia membangunkan bibi dan kemudian disinilah awal pertentangan yang menakutkan. Bibi berteriak-teriak sambil menangis seperti orang kerasukan pada film-film horror eksorsis. Ia menyalahkan paman dan memaki-makinya; katanya sebagai seorang suami paman samasekali tak pernah support di saat-saat bibi pusing memikirkan ulah dan tingkah anak. Paman bahkan, katanya, hanya memperkeruh suasana rumah tangga. Dari sini, bibi terus berteriak-teriak dan memaki-maki, sedangkan paman.
Saya terjebak di ruang belakang rumah. Setiap kali bibi berteriak, saya semakin merasa teriris. Tak ada yang bisa saya lakukan. Pintu sengaja ditutup agar orang diluar tidak tahu. Jadi selama kurang lebih satu setengah jam, saya berdebar-debar, dan terus menanti keduanya menurunkan ketegangan. Setelah beberapa saat yang terasa makin mendebarkan, nenek memutuskan untuk pulang, sementara itu paman sempat berusaha menahan kami, sebelum akhirnya merelakan kami pergi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar