
Dua jempol untuk mantan walikota bpk. Djarot Syaiful Hidayat, yang telah berani tampil beda di tengah jaman modern ini dengan melarang pendirian mall mewah bertingkat dan gedung-gedung pencakar langit. Dengan adanya aturan yang sedemikian, perekonomian di kota kecil ini justru meningkat karena para pedagang-pedagang 'cilik' mendapat tempat dan jadi pilihan masyarakat. Dengan tidak adanya fasilitas-fasilitas modern layaknya di kota-kota sekitar, kehidupan harian di Blitar tampak simple dan sederhana, namun begitu enak dilihat. Memang, tanpa adanya mal seperti di Tulungagung, Kediri, dan Malang, kota ini tampak ketinggalan. Namun, menurut saya justru ini sepatutnya jadi kebanggaan. Bukankah baik jika ada satu saja; saya ulangi "satu saja" kota kecil yang tidak ada mal-nya. Bukankah baik kita memiliki setidaknya satu kota saja di jaman modern ini yang ramah untuk orang-orang kecil, seperti yang tertulis di artikel ini (klik disini jika perlu melihat). Jika di Kediri sudah ada Ketos, dan di Malang ada Matos, serta di Tulungagung ada Golden, maka baiklah Blitar yang diapit tiga kota diatas tersebut jadi tempat persinggahan yang ramah dan murah. Let Blitar be Kawentar.
-- -- -- -- -- -- -
Saya pribadi nyaman tinggal di Blitar dengan keadaan seperti ini, dan senang jika suatu hari sang jodoh mau diajak tinggal disini, haha (Tapi sopo? Kosong). Namun, yang terpenting adalah semoga Blitar tetap jadi seperti ini, meski pemimpinnya berganti-ganti. Semoga Blitar tetap jadi kota yang 'ramah' pada orang kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar