Jumat, 06 Juni 2014

Mercy

Saya turut bersedih akan keluarga paman saya. Saya tak bisa hanya diam setelah secara langsung menjadi saksi pertikaian mereka. Malam ini, saya kebetulan berada di rumah bapak dan menceritakan apa yang terjadi pada siang hari tadi. Syukurlah bapak adalah orang yang sangat tepat untuk mendengar berita ini. Bapak dan bibi memiliki kedekatan seperti kakak dan adik. My father is the most trusted person for her! Bapak adalah satu-satunya sanak yang bisa diandalkan bibi. 
Mendengar cerita ini, ia berencana mengunjungi bibi esok hari. Saya yang tak punya hak untuk bicara dan membantu paman dan keluarganya, kini sedikit bangga karena bisa secara tidak langsung membantu mereka melalui bapak. 
Kini saya berharap agar esok hari lembaran baru terbuka untuk paman dan keluarga. Semoga solusi baru yang jernih dapat mengubah suasana yang tegang menjadi damai. 

Saya sengaja menceritakan masalah ini karena ingin berbagi suatu hal penting bahwa rumah tangga itu selalu identik dengan tantangan-tantangan yang bisa memecah-belah. Itu adalah suatu tahap dimana iman, kesetiaan, dan kedewasaan benar-benar diuji. Orang-orang bertengkar; mereka mungkin sudah tidak ingat lagi arti dan makna sebenarnya dari perkawinan itu sendiri, pengorbanan satu sama lain, dan juga arti dari komitmen mereka di masa-masa penuh cinta kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar