 |
Terlalu lucu untuk terlantar |
Judulnya
mungkin terlalu ekstrim; ini karena aku sedang kecewa dengan orang-orang
seperti itu. Ini berawal ketika aku menemukan seekor anak kucing seminggu yang
lalu. Oh, bukan; Bukan aku yang menemukannya, tapi anak kucing itu menemukanku.
Jadi ceritany
a begini; hari selasa yang lalu, kira-kira saat itu sudah petang
hari, aku sampai di kost setelah seharian kuliah. Sesaat setelah memarkir motor
di garasi, seekor anak kucing berlari kearahku sambil mengeong-eong. Ia
terlihat sedikit kurus. Dari ciri-ciri yang terdapat padanya, aku bisa menebak;
bahwa ia telah ditinggalkan induknya. Ngomong-ngomong aku sudah banyak tahu
tentang hidup kucing, karena dari kecil hingga sebelum SMA aku selalu
memelihara kucing. Nah, karena tidak bisa membiarkan kucing kecil itu
kelaparan, aku mulai merawatnya, dan semenjak saat itu ia selalu mengikutiku
kemanapun aku pergi, kecuali ketika aku pergi keluar dengan motor.
 |
Terlalu lincah untuk difoto |
Pagi ini, si
kucing mengikutiku ketika aku hendak mengambil sarapan di dapur karyawan. Salah
satu karyawati dapur yang saat itu melihat teman kecil ini dan menjadi jengkel
dan hendak mengusirnya dengan sapu lantai. Bukan hanya itu, ia terus mengomel
sendiri dengan mulut monyong yang membuat wajahnya tampak lebih buruk. Ia
sesekali mengeluh pada karyawati lainnya dan berkata bahwa suatu saat ingin
membuang kucing itu. Aku samasekali tak menghiraukan keluhan mereka, bahkan,
ketika si pengomel menyuruhku membuang kucing itu di tempat yang jauh. Aku tak
menjawab permintaannya. Aku tidak menatapnya. Sungguh saat itu aku muak dan
kecewa dengan sikap mereka. Bukankah lebih baik memberi makan kucing itu agar
tidak mengeong-eong, daripada mengeluh dan mengomel hingga monyong dan jelek?
Bukankah mereka bisa ambilkan sisa-sisa makanan karyawan? Bukankah disitu
terdapat banyak sekali kepala ikan yang hendak dibuang? Hmm, aku paham. Aku
tahu kesimpulannya. Karyawati itu terlalu sibuk dengan pekerjaan dapur setiap
hari, hingga ia tak punya waktu untuk berbuat kasih. Sekedar anda tahu,
karyawati-karyawati disini bekerja mulai pagi hari hingga larut malam untuk
tetap menyediakan makanan. Mereka jarang sekali keluar untuk menyapa dunia.
Mereka tidak punya libur akhir pekan. Tiap hari minggu mereka hanya bebas pagi
hingga sore. Dan parahnya, tiga diantara mereka(mereka berempat) sudah berumur
tapi belum bersuami. Sungguh memilukan, bukan? Bagiku itu mengerikan. Mereka
terikat ruang dan waktu setiap hari, melakukan hal-hal yang sama setiap hari,
tidak punya teman lain selain di tempat kerja, tidak punya orang ‘tercinta’
selain keluarga. Oh, itu mimpi buruk! Bagaimana mereka bisa menikmati hidup
ini? Well, yang terpenting itu pilihan mereka. Aku akan terus menjadi orang
bebas agar aku punya banyak waktu untuk mencintai dan berbuat baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar