Jumat, 27 September 2013

Tentang Rumah

Aku seringkali berbagi kepada teman atau orang-orang terdekat manakala bermimpi tentang suatu hal. Kala SMA hingga kini, Stanlee adalah orang yang tepat untuk berbagi hal-hal demikian. Kami mungkin memiliki mimpi yang sama tentang rumah. Aku bermimpi punya rumah di kota yang indah ini (Malang), yang berlokasi di tempat yang jauh dari keramaian dan kemacaetan, namun amat dekat dengan peradaban kota. Bukan di desa, tentu saja. Bukan di Jedong atau di Wagir, atau apalah, karena aku tak suka dengan pemuda-pemuda desa yang berandalan dan tak berpendidikan, yang seringkali membuat bising suasana dengan motor-motor mereka yang istilahnya dipretheli (dibongkar-pasang nggak jelas). Aku sangat tidak suka dengan itu. Aku juga membenci orang-orang alay, yang biasa kutemukan di daerah pinggiran. Meski aku bukan asli orang kota, aku tahu bagaimana seharusnya orang-orang berpakaian yang pantas. Orang-orang yang kusebut tadi tidak tahu itu, cara berpakaian yang pantas, cara bergaul, dan cara menghabiskan akhir pekan yang menyenangkan tapi tidak alay. Aku tidak fashionable atau modis, tapi aku suka sekali berusaha untuk entah bagaimana aku bisa berpenampilan yang pantas. Dan begitulah, aku ingin tinggal di kota, tetapi di tempat dimana ada keheningan dan dekat dengan peradaban. Dan, menurutku, Malang adalah kota yang cocok, cocok sekali, bahkan.
Rumah di tidar,
apakah esok masih tersedia?
Alasan lain untuk tinggal di kota Malang adalah supaya aku mudah ditemukan teman-teman. Sejauh ini, aku telah memiliki (menurutku) cukup banyak teman di kota ini, teman baik bahkan. Setelah lulus, tentu kami akan berpisah, namun aku tidak ingin kehilangan teman-temanku, seperti yang terjadi pada pertemananku kala SMP. Aku ingin tinggal disini, di kota ini, supaya kawan-kawan dari luar kota yang berkunjung ke Malang bisa mampir ke rumahku; supaya aku mudah menemukan kawan-kawan seperjuangan kuliah, dan supaya mereka yang sudah mengenalku dapat dengan mudah menemuiku kala butuh sesuatu. 
Nahh, tentang impian rumah ini, aku sengaja membagikannya supaya aku merasa terus terpacu untuk meraihnya, sebab, sepanjang sejarah hidupku, tiapkali aku berbagi keinginan tentang sesuatu kepada seseorang, aku selalu berusaha utuk meraihnya, dan kebanyakan tercapai.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar