Minggu, 15 September 2013

Parade Baris

Usai sudah akhir pekan menyenangkan di desa. Kini aku kembali lagi ke kehidupanku di Malang. Bak ksatria yang berkuda menyusul barisannya dan menuju ke pertempuran; sore ini aku berkendara cepat menembus bias-bias sinar matahari di jalanan. Musik-musik yang baru kukenal mengiringi perjalanan sore ini. Mulai dari Kaiser Chiefs dengan Ruby, Love is not a competition, dan Oh My God-nya, Queen, dengan Bohemian Rhapsody hingga Sheer heart Attack-nya, dan Kid Rock, dengan Born free dan Slow My Roll-nya; semua memberi nuansa baru. Oh ya, Miss Atomic Bomb-nya The Killers juga ikut, karena ini akan selalu ada di tiap perjalananku. Ini adalah lagu kemenanganku, yang suatu saat, aku ingin memutarnya di hari paling bahagia dalam hidupku.
Nyaman sekali rasanya bisa berkendara cepat dengan diiringi lagu-lagu kesukaan. Bak menerjang angin dan berpacu dengan pengendara-pengendara lainnya; kuterobos segala hal yang memperlambat jalanku, kecuali parade di Selorejo. Nahh, sore ini jalanan agak macet karena ada parade baris-berbaris di sepanjang jalan raya Selorejo. Sambil berjuang di tengah kemacetan, kucoba menikmati parade tersebut. Musik dimatikan, dan pandangan tertuju pada barisan bapak-bapak berseragam merah yang berbaris rapi sambil melakukan tarian ala Aitakatta(bener ngga ejaannya?). Mereka terlihat lucu sekali; dengan badan-badan tegapnya mereka menari tarian ala AKB 48 dengan gerakan-gerakan centil nan penuh keceriaan ala gadis remaja. Berikutnya, kulihat barisan pemuda berkostum seragam militer. Mereka berbaris rapi tapi tidak kelihatan begitu gagah karena cengengesan. Selanjutnya, kulihat suatu barisan yang mencoba berkostum ala pakaian khas orang Mesir, namun terlihat konyol karena mereka menggunakan serbet di kepala mereka, yang ditutup dengan ketu(wahh aku nggak tahu bahasa Indonesianya nih; itu lho, semacam topi yang biasanya dipakai pak presiden dan pejabat-pejabat negara)
Sementara terus melaju dan menerobos celah-celah diantara kendaraan-kendaraan besar, kunikmati barisan kelompok ibu-ibu arisan yang memakai kostum elegan nan fashionable. Mereka tampak ceria, dengan yel-yel bernada semangat yang tidak terlalu terdengar dari kejauhan, mereka membuat senang para penonton yang memenuhi bagian tengan boulevard (bagian tengah yang memisahkan dua jalan satu arah). Selanjutnya, ada satu barisan kecil orang-orang yang berkostum binatang-binatang buas. Di belakang mereka, ada barisan ladyman, atau waria, yang amat anggun terbalut gaun-gaun indah mereka. Demikianlah seterusnya aku menjumpai hal-hal unik dan menyenangkan sepanjang jalan tersebut. 
Suasana pada sore hari ini mengingatkanku akan masa laluku, dimana aku selalu tidak pernah ketinggalan melihat parade dan festival-festival seru di daerahku. Dulu, biasanya aku melihat baris-berbaris semacam ini bersama rombongan orang-orang di desaku. Aku bahkan pernah ikut karnaval. Aku pernah didandani cantik dan ikut barisan waria dadakan di desaku. Memang, saat itu, setelah melalui rapat, desaku memutuskan untuk menampilkan parade bencong. Aku PeDe pada waktu itu, karena teman-teman semuanya juga berdandankan ala perempuan. Haha, aku dulu memang tak punya malu; bahkan ketika keesokan harinya jadi bahan lelucon di kelas karena satu temanku yang bernama Mahendra mengenaliku kala karnaval. Aku justru senang. Nahh, itu tinggal kenangan. Ingin sekali sebenarnya menikmati semuanya itu bersama sahabat-sahabatku di desa dulu, yang sekarang sudah merantau kemana-mana. 
Diatas semuanya, sore ini sore yang indah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar