Senin, 25 November 2013

Keraguan versus The Killers

Perasaan lelah dan bosan bercampur menjadi satu di semester ini. Ternyata kuliah itu, meski tak serutin sekolah, melelahkan. Ditambah, apabila dosen begitu sibuk hingga harus sering melakukan pergantian jadwal. Kadang-kadang, saking sibuknya dosen, aku dan teman-teman sekelas harus kuliah di hari dimana kebanyakan mahasiswa sudah libur. Sangat melelahkan, sangat menyebalkan! Tidak beruntung; semester ini kelasku diajar dosen-dosen yang supersibuk, sehingga jadwal tak menentu, materi menumpuk di belakang. Hmm... tantangan semester tiga ini benar-benar melelahkan, menurutku. Semangat kuliah tak jarang mulai luntur. Seperti pagi ini, entah kenapa aku benar-benar malas berangkat ke kampus. Ingin sekali rasanya menikmati hari ini dengan bersantai. Namun, semuanya kembali kepada: semangat. Pagi ini, di Line kudapati kawanku mengupdate statusnya begini; "The Killers mboisss". Hmm, sangarr. Untuk kedua kalinya, aku mendapati kawanku bilang The Killers sangar. Teringat akan sang idola ini, segera kuputar lagu-lagu favorit yang biasa kugunakan untuk mengangkat semangat. Lagu 'Human' mengalun begitu syahdu di telinga. Iringan suara strings dipadu instrumen band membawaku ke alam mimpi; mimpi tentang kebebasan. Lagu terus berputar, kurentangkan tangan dan menengadah keatas. Ini adalah caraku mengekspresikan kemenangan. Setiap baris syair mengisahkan kebebasan dan keberanian; aku terlarut dalam suasana. Kesedihan sirna, keraguan pudar, karena kepercayaan akan kemenangan kembali bangkit. Kuserukan tekad untuk menatap hari ini dan mengalahkan rasa bosan dan lelah itu. Jadilah bebas dan patahkanlah belenggu yang mengekang!!!!!!!(Human). Hidup berlanjut!!!!(Viva la Vida).

Minggu, 24 November 2013

Tentang Gaya Hidup

Gaya hidup modern dan tradisional adalah apa yang ingin kutuju. Aku senang sekali dengan gaya hidup kota. Suatu hari, ingin sekali aku berumah di kota ini. ButBy the way untuk sementara keinginan ini meredup karena kejengkelanku pada kemacetan yang kian meraja. Bagaimanapun, bagiku, kota ini menawan sekali. Tinggal di kota besar bernuansa pegunungan: impian!!!(tentu saja dengan harapan kemacetan lebih mereda di masa depan) Bagaimanapun, aku tak menutup kemungkinan jika suatu hari ada kota lain yang lebih mempesona; Bandung, barangkali.
Disamping gaya hidup modern, aku juga ingin hidup seperti layaknya orang desa, orang Blitar, tepatnya. Kehidupan di desa juga tak kalah mempesona. Gotong-royong, kearifan lokal, persaudaraan, dan spontanitas kebaikan akan selalu membikin kangen. Ngomong-ngomong (lagi), aku saat ini tengah rindu berat akan desa karena sudah sebulan lebih tidak pulang. 
Kedua gaya hidup tersebut sungguh merupakan kombinasi yang sangat amat sempuna, menurutku. Hmm, bercerita tentang angan memberikanku semangat hidup. Semoga engkau yang membaca ini kelak bahagia dengan gaya hidup yang pas..! 

Sabtu, 16 November 2013

Nuansa Berkendara

Hari kemarin hujan berkuasa satu hari penuh. Pagi ini, matahari sepertinya cerah. Belum yakin, sih, karena jendela kamarku belum kubuka. 
Musik pengawal hari ini adalah satu album penuh Cardiology. Benar-benar mengangkat. Sambil memikirkan apa yang ingin kulakukan di akhir pekan nan indah ini, kunikmati nuansa sunyi nan ceria ini. Hmm, bingung juga mau apa hari ini. Bagaimana dengan menikmati album ini dengan berkendara? Berkendara ke jalur-jalur baru. Nahh, akhirnya aku menemukannya. Baiklah, hari ini, pertama-tama aku akan mencari game dulu di persewaan, mengkopi film-film bagus, dan menikmati nuansa berkendara dengan si kuda baja. 

Semoga engkau juga menikmati akhir pekan ini dengan baik!

Jumat, 15 November 2013

Good Charlotte Lovers

Bertemu seseorang yang memiliki ketertarikan yang sama mungkin bisa jadi hal paling menyenangkan dalam hidup seseorang; apalagi apabila ketertarikan tertentu sangat jarang. Beberapa hari yang lalu aku menemukan seseorang berkata di twitter 'Nostalgia with Good Charlotte's songs'. Ia adalah Niken, teman satu kelas di mata kuliah Formal Speaking. Secara spontan, kubalas tweet itu, karena aku juga fans berat dari band sangar itu. Kemudian, terjadilah percakapan yang lumayan menyenangkan. Ketika di kelas, Niken minta album Cardiology. Itu adalah album terbaru, mungkin, yang susah dicari di internet versi download gratisnya. Kebetulan aku punya beberapa lagu dari album itu. Jadi, aku mendownload beberapa lagu lain untuk dipaketkan ke Niken di kelas hari ini. 
Rasanya begitu menyenangkan kala bertemu seseorang yang berminat sama, apalagi minat yang langka. Jarang sekali orang suka band-band macam Good Charlotte, The Killers, Band of Horses, Pink Floyd, dll. Kebanyakan suka yang booming, seperti Avenged Sevenfold, Green Day, Kaiser Chiefs, Muse, dll. Sejauh ini, aku belum menjumpai seseorang yang juga fans berat dari The Killers. Akan sangat menarik, jadinya nanti. 

Selasa, 12 November 2013

Ayah

Engkau kini tinggal di rumah tua itu sendiri. Engkau lakukan segala sesuatu sendiri, seperti halnya aku menjalani hidup di kota ini. Hujan turun sepanjang sore hari, hawa dingin menusuk kulit kala kuterjang sisa-sisa hujan petang hari. Sesampainya di kediaman, seperti biasa, meski aku tengah menggigil kedinginan, kurampungkan segala sesuatu terlebih dahulu. Mungkin, engkau juga demikian, ayah. Hmm, itu tadi bisa jadi gambaran hidup kita. Dingin memang seringkali kuidentikkan dengan perih kesendirian kala menghadapi saat-saat berat. Syukurlah, aku punya kawan-kawan baik dan menyenangkan. Disana, apakah engkau juga punya kawan-kawan baik? Aku tidak tahu dengan siapa saja engkau bergaul; dan baik atau tidakkah orang-orang di sekelilingmu. Aku harap engkau punya sahabat, atau kawan baik, setidaknya.
Untuk engkau, di hari ayah ini, kupersembahkan doa setulus dan sepenuh iman. Kuselipkan semangatku, supaya engkau tahu bahwa aku senantiasa berusaha berteguh hati seperti engkau. Ayah, siapa yang tak bahagia memiliki ayah yang penuh ketulusan sepertimu.
Untuk engkau yang telah mewujudkan keinginan-keinginanku, dan juga membantuku untuk terus maju, meski engkau harus mengorbankan banyak hal. Hari ini, Rahmat Tuhan bersamamu. Oh, sanubari, kutanam sebuah tekad untuk merubah segala sesuatu di masa depan. Akan kulawan segala tata dan hukum demi kehangatan di rumah tua itu. Kelak, engkau tak akan sendiri lagi di rumah itu. Aku 'kan bawa semua yang meninggalkanmu. 

Minggu, 10 November 2013

Hanya Doa

Banyak perkara yang tak bisa kuhadapi. Aku begitu optimis dan bersemangat kala tidak tertimpa beban duniawi. Kuserukan mimpi-mimpi dan keteguhan hati, namun, di saat tepat mendapat masalah, aku jatuh dan terperosok sedalam-dalamnya. Serasa tak bernyawa; aku mati; mati rasa, mati keyakinan, dan mati akan mimpi-mimpi. Belenggu lagi-lagi membentang dari ufuk asa dan keyakinan. Aku keluhkan segala sesuatu, termasuk takdirku lahir sebagai diriku. Hmm, itulah gambaran hari kemarin yang berat bagi keluargaku. 
Langkahku terseok-seok, bagai prajurit yang kedua lututnya tertembak peluru. Kutoleh ke kanan, kearah sanak dan saudaraku, mengharap bantuan dari mereka; namun tentu saja, mereka juga punya problemanya masing-masing, tak ada waktu pun kesempatan buat menengok jendela lain. Lalu, kutoleh ke belakang dan ke kiri, kearah orang-orang yang lalu-lalang; tapi tentu tidak akan ada harapan; inilah kehidupan kota, tak ada kaitan antara satu bahtera keluarga dengan yang lain. Oh, kerasnya kehidupan! Kutoleh ke depan, kearah mimpi dan harapan, namun pudar. Aku tak bisa melihat depan. Terlalu besar kepedihan ini dibanding semangat impian itu.  Oh, begitu pesimis dan lemah! Akhirnya, kutengadah ke langit yang luas dipenuhi awan-awan hitam. Dari sanalah kulihat harapan. Dia sang pencipta kehidupan, yang telah merencanakan ini semua terjadi. Ya, seharusnya aku menengadah lebih awal, agar harapan tetap menyala. Akhirnya hatiku bisa lebih tenang. Hanya doa yang perlu kulakukan, agar semua ini bisa berubah, seperti halnya yang tersira pada lagu 'Doa Mengubah Segala Sesuatu'.

Sabtu, 09 November 2013

Darkest Hours

Hari ini; arus keras dunia melemparkan keluargaku keluar dari gemerlapnya kehidupan. Kami terpental; jauh dan terpencil di dalam kegelapan terdalam. Kami terpisah. Aku bisa mendengar suara ibu dan adik dari kejauhan, namun tak dapat kuraih tangan mereka karena aku sendiri terjebak dalam sebuah tempat yang bahkan aku tak tahu apakan dataran, atau jurang. Kami bisa berbicara; aku bisa menyampaikan sesuatu dengan berteriak, begitu juga dengan mereka. Namun, itu sangat melelahkan. Satu-satunya cara untuk kembali kepada indanya kehidupan adalah dengan menemukan jalan untuk mendapatkan mereka berdua dan keluar bersama-sama. Tentu saja, untuk bisa mendapatkan jalan, aku butuh cahaya. Apapun. Sekecil apapun. Kadang-kadang, jauh diatas tempatku berpijak, kulihat setitik cahaya. Terkadang, dari titik itu, seolah-olah aku mendengar suara pesta. Ada bermacam-macam suara; orang berbincang, bernyanyi, tertawa, dan tepuk tangan. Suara-suara yang samar-samar, namun membangkitkan asa untuk tetap hidup. Sekarang, masih dalam kegelapan, aku merangkak. Aku dapat melihat, masih sangat samar-samar,  tanganku diterpa sebersit cahaya dari titik mungil di tengah buasnya sang gelap.

Kamis, 07 November 2013

Aku dan Organisasi di Kampus

Kalau mengingat semester satu, yang terlintas adalah kebosanan dan keculunan mahasiswa baru yang masih belum menemukan jati dirinya, atau masih belum tahu bagaimana untuk mengakui dirinya sebagai orang yang indenpenden. Yah, pada masa itu aku masih suka ikut arus. Aku ikuti banyak organisasi. Aku sering bolak-balik kos-kampus memperjuangkan asa untuk mendapat banyak pengalaman. Nahh, namun hasilnya? Lelah. Sumpek. Hasil nyatanya adalah bahwa aku tidak menjadi diriku. Baru di semester dua, aku bisa menjadi aku yang sesungguhnya. Kutinggalkan segala organisasi yang telah kugeluti, karena aku telah menemukan zona pertemanan yang membuatku nyaman berada di kota Malang ini. Sejak saat itu, aku tak pernah ikut organisasi dan memiliki banyak waktu bersama teman-teman. Meskipun begitu, aku merasa sangat berbahagia menjadi anggota IKK di kampusku. Kehangatan persaudaraannya; luar biasa. Meski aku tidak pernah menampakkan diri lagi, aku sangat bangga pernah bersama-sama dengan mereka. Go IKK! 

Jumat, 01 November 2013

Notip, Notip,,

Maklum, ya...beberapa hari belakangan ini aku disibukkan oleh UTS dan presentasi-presentasi. Rasanya tidak nyaman sekali kala pikiran tengah dirundung tugas-tugas dan ujian, sedang seluruh anggota badan sudah bergerak untuk melakukan satu hal: blogging (ngeblog). Oleh sebab itulah, aku tidak serutin yang sudah-sudah. Ohya, kadang ketidakrutinan itu penyebabnya adalah koneksi internet yang mabok. Sebenarnya, sering aku memiliki ide-ide dan permenungan yang ingin ditulis di blog, namun kebanyakan batal tertuang karena dirusak oleh moodku. Moodku rusak karena koneksi yang bobrok. Mood yang rusak membatalkan semua, tanpa memandang bulu, tanpa pamrih membuang ide-ide dan refleksi cemerlang di kepala. Hmm..maklum juga sih, sinyal disini memang seperti ini.

Keinginan Keliling Indonesia

Negeri ini begitu indah. Ingin sekali rasanya bertualang bersama kawan-kawan dekat untuk menjelajahi setiap sudutnya. Suatu saat, atau liburan mendatang, mungkin, aku akan menikmati satu sisi keindahan Indonesia. Sungguh, aku ingin mengunjungi Karimun Jawa, Semeru, Bromo, Lembah Harau, Bunaken, Danau Tiga Warna, Pulau Komodo, dan lain-lain bersama teman-teman. Berhubung beberapa tujuan diatas memerlukan kocek banyak, mungkin aku bisa melakukannya nanti ketika 'kami' sudah berduit. Hmmm...sangat menyenangkan. Pasti mengagumkan. menikmati keindahan-keindahan itu bersama kawan-kawan dekat. Aku berpikir ini, mulai detik ini, jadi agenda penting dalam kalender hidupku. Sungguh, ini agenda penting! Bertualang di nusantara bersama kawan-kawan seperjuangan, menakjubkan!!

*Aku sangat bergejolak kala menulis ini*

Soal Kebingungan Jadi Mahasiswa

Berstatus sebagai mahasiswa Sastra Inggris Universitas Negeri Malang di satu sisi sangat membanggakan, karena hampir semua orang pasti 'wah' kalau mengetahuiku berstatus ini. Mario Teguh, sang motivator fenomenal itupun lulusan Sasing UM juga. Sangat membanggakan! Namun, di lain sisi, aku memanggul beban tentang prospek masa depan. Setelah lulus, jadi apa ya? Pertanyaan ini kiranya jadi teka-teki bagi semua teman sejurusanku. Jawaban pribadiku, setelah lulus, mungkin aku kerja di Korea, seperti om-ku. Mungkin kebanyakan orang menganggap ini pilihan konyol, karena tidak kuliahpun orang bisa kerja di negeri gingseng itu. Bagaimanapun, tujuanku kesitu adalah karena keinginan untuk segera punya rumah di Malang itu sendiri. Selain itu, aku ingin pergi ke tempat yang jauh-jauh.
Sebenarnya, bisa saja aku jadi guru atau pegawai sekret yayasan, atau dan sebangsanya. Namun, minat adalah yang menentukan. Aku tidak ingin hal-hal semacam itu. Bisa saja, setelah lulus, aku jadi penerjemah, atau pemandu wisata. Namun, kedua hal ini masih samar-samar. Aku masih belum tahu banyak tentang keduanya. Untuk sekarang ini, ya, yang sering mengusikku adalah Korea, dan Korea. Aku ingin mengumpulkan banyak uang disana dan membangun usaha disini. Hmmm, ini adalah bayang-bayang masa depan. Ngomong-ngomong, ketika aku berbicara atau berpikir tentang hal itu, aku gemetar, karena tidak lama lagi aku akan menghadapi hal itu: masa depan.
Semoga Tuhan memberkatiku...

Lagu Rohani dan Karya

Akhir akhir ini, lagu lagu rohani memenuhi playlist-ku. Segala romansa dan inspirasi, semua tertuju pada hal rohani ini. Aku merasa terpanggil untuk menciptakan lagu-lagu untuk memuji Tuhan. Menciptakan satu saja, mungkin akan sangat menyenangkan. Namun, itu tak mudah karena aku seringkali kehilangan sense of artist atau romansa seniman kala membuat suatu karya. Kala menulis cerita, kebanyakan masih belum bisa sampai selesai. Kala mencoba menciptakan lagu, selalu hanya reffnya saja. Nampaknya aku kudu mencoba terus dalam hal ini. Bagaimanapun, aku ingin sekali berbagi rasa dan kisah tentang apa yang kualami melalui suatu karya. Satu saja, pasti akan sangat menyenangkan; apalagi kalau bisa dinikmati orang lain; luar biasa jadinya!