Minggu, 10 November 2013

Hanya Doa

Banyak perkara yang tak bisa kuhadapi. Aku begitu optimis dan bersemangat kala tidak tertimpa beban duniawi. Kuserukan mimpi-mimpi dan keteguhan hati, namun, di saat tepat mendapat masalah, aku jatuh dan terperosok sedalam-dalamnya. Serasa tak bernyawa; aku mati; mati rasa, mati keyakinan, dan mati akan mimpi-mimpi. Belenggu lagi-lagi membentang dari ufuk asa dan keyakinan. Aku keluhkan segala sesuatu, termasuk takdirku lahir sebagai diriku. Hmm, itulah gambaran hari kemarin yang berat bagi keluargaku. 
Langkahku terseok-seok, bagai prajurit yang kedua lututnya tertembak peluru. Kutoleh ke kanan, kearah sanak dan saudaraku, mengharap bantuan dari mereka; namun tentu saja, mereka juga punya problemanya masing-masing, tak ada waktu pun kesempatan buat menengok jendela lain. Lalu, kutoleh ke belakang dan ke kiri, kearah orang-orang yang lalu-lalang; tapi tentu tidak akan ada harapan; inilah kehidupan kota, tak ada kaitan antara satu bahtera keluarga dengan yang lain. Oh, kerasnya kehidupan! Kutoleh ke depan, kearah mimpi dan harapan, namun pudar. Aku tak bisa melihat depan. Terlalu besar kepedihan ini dibanding semangat impian itu.  Oh, begitu pesimis dan lemah! Akhirnya, kutengadah ke langit yang luas dipenuhi awan-awan hitam. Dari sanalah kulihat harapan. Dia sang pencipta kehidupan, yang telah merencanakan ini semua terjadi. Ya, seharusnya aku menengadah lebih awal, agar harapan tetap menyala. Akhirnya hatiku bisa lebih tenang. Hanya doa yang perlu kulakukan, agar semua ini bisa berubah, seperti halnya yang tersira pada lagu 'Doa Mengubah Segala Sesuatu'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar