Hari ini; arus keras dunia melemparkan keluargaku keluar dari gemerlapnya
kehidupan. Kami terpental; jauh dan terpencil di dalam kegelapan
terdalam. Kami terpisah. Aku bisa mendengar suara ibu dan adik dari
kejauhan, namun tak dapat kuraih tangan mereka karena aku sendiri
terjebak dalam sebuah tempat yang bahkan aku tak tahu apakan dataran,
atau jurang. Kami bisa berbicara; aku bisa menyampaikan sesuatu dengan
berteriak, begitu juga dengan mereka. Namun, itu sangat melelahkan.
Satu-satunya cara untuk kembali kepada indanya kehidupan adalah dengan
menemukan jalan untuk mendapatkan mereka berdua dan keluar bersama-sama.
Tentu saja, untuk bisa mendapatkan jalan, aku butuh cahaya. Apapun.
Sekecil apapun. Kadang-kadang, jauh diatas tempatku berpijak, kulihat
setitik cahaya. Terkadang, dari titik itu, seolah-olah aku mendengar
suara pesta. Ada bermacam-macam suara; orang berbincang, bernyanyi,
tertawa, dan tepuk tangan. Suara-suara yang samar-samar, namun
membangkitkan asa untuk tetap hidup. Sekarang, masih dalam kegelapan,
aku merangkak. Aku dapat melihat, masih sangat samar-samar, tanganku
diterpa sebersit cahaya dari titik mungil di tengah buasnya sang gelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar