Selasa, 25 Maret 2014

Petaka dan Berkah

Ceritanya panjang. Kemarin sebenarnya adalah hari yang indah. Saya dan kawan-kawan pergi ke Batu, ke rumah kawan kami, Manyun. Waktu terasa panjang di Batu. Kami sangat menikmati kebersamaan di rumah dan di sekitar alun-alun. Kami dijamu dengan sejuta keramahan oleh orangtua Manyun. 
Ketika petang, kami berpamitan pulang. Rendi turun di Sengkaling. Saya, Satrio, dan Oni terus berkendara. Satu persatu berpisah, dan saya seorang diri berkendara melintasi kota Malang yang tampak gemerlapan. Saya terus berkendara, menembus gelapnya jalanan pinggiran kota. Saya melaju dengan kecepatan 60km/h. Secara sangat tidak terduga, ada seorang perempuan menyeberang. Saya tak bisa menghentikan motor. Saat itu yang terdengar adalah jeritan keras, suara benturan, dan, kemudian kesunyian sejenak. "Tamatlah sudah," saya berkata dalam hati. Saya melihat kebelakang, membanting motor dan menghampiri perempuan dan anaknya. Si anak menangis keras. Ada luka goresan di kepala belakangya. Sementara itu, perempuan yang ternyata hamil itu kejang-kejang. Saya terdiam terpaku, dipenuhi penyesalan, ketakutan, kengerian, dan kegelapan. Orang-orang membawa perempuan itu ke dalam rumahnya, yang ternyata di bawah jalan raya itu. Seorang lelaki, yang mengatakan bahwa perempuan itu adalah istrinya, membawa saya ikut serta.
Kerumunan tampak sedang menghakimi saya. Sungguh mengerikan. Saya di tanah orang, dan mendapati diri saya sebagai tersangka. Sejenak kemudian, seorang penyelamat datang; pak Salome, rekan saya di wisma Betlehem, yang sudah saya anggap paman sendiri. Ia mencoba menjernihkan perkaranya. Seorang lelaki dari pihak korban tampak marah-marah dan menyalahkan saya sebagai yang harus bertanggungjawab atas semuanya. Beruntung sekali saya, yang dihadapi lelaki itu adalah orang yang disegani di daerah itu. Pak Salome, dengan ketegasannya berhasil membentaknya hingga tak berkata apa-apa lagi. Setelah itu terjadi kesepakatan bahwa semua harus ditanggung bersama, karena sebagian besar saksi mengatakan bahwa si perempuan juga salah, karena nekat menyeberang. 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pikiran saya dipenuhi kekhawatiran. Bagaimana kandungan didalam perut perempuan itu? Apakah ada cedera patah tulang? Bagaimana dengan balitanya, mudah-mudahan tak ada gegar otak.
Semuanya akan terjawab keesokan harinya, tepatnya hari ini. 
Semalam saya tak bisa tidur, karena penyesalan yang begitu besar tak terkira. Saya dihantui flashback. Bayangan akan kejadian tabrakan terus tampak berulang-ulang di dalam pikiran, bagaikan video pendek. Menyeramkan! Rasa khawatir akan kesusahan orangtua karena mendengar berita ini juga turut menambah kegelapan malam tadi. Saya hanya bisa berdoa dan tersungkur dihadapan Tuhan memohon pertolongan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari ini, pagi ini khususnya, setelah mengikuti ujian tengah semester saya langsung menuju rumah korban. Ayah saya datang dari Blitar dan turut menemani saya menyelesaikan masalah. Ayah tak bisa lama-lama, ia meninggalkan uang kepada saya. Jadi, hari ini saya merampungkan dan menjernihkan persoalan setahap demi setahap. Ohya, syukurlah, perempuan itu, yang ternyata namanya adalah Tata, sudah bisa berjalan; dan si balita, yang bernama Chelsea tampak hanya kena luka gores di kepala mungilnya. Chelsea mungkin membenci saya, karena ia cemberut tiapkali menatap saya, dan ketika digendong buleknya, yang saya bonceng menuju rumah sakit, ia menangis terus. Ia juga tampak membenci si GL max, si kuda besi keras yang dengan kejam menubruknya yang tidak berdosa.
Saya menyelesaikan semua urusan rumah sakit; mulai dari pendaftaran, tahap loket ke loket,pemeriksaan janin, hingga pembelian obat. Proses yang panjang namun tidak rumit. 
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Saya menunggu di depan ruang USG. Saya memegang salib kecil saya, yang telah menjadi penyelamat di setiap persoalan, dengan erat sambil berdoa berulangkali. Sungguh, saya gemetar tak karuan menunggu hasil pemeriksaan kandungan. Setelah melalui penantian yang lama, penuh kegentaran, dan kecemasan, akhirnya saya mendapati kenyataan bahwa janin di dalam kandungan Tata baik-baik saja. Saya bersyukur dan bersukacita setengah mati. Puji Tuhan!! Akhirnya, semuanya dapat pulang dari RS dengan sukacita.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di siang hari yang terik, di bawah atap rumah mas Hendro (suami) dan Tata, saya menemani mereka, ketika saudara dan sanak-sanak berkumpul ramai-ramai menjenguk, hingga semua pulang dan rumah menjadi sepi. Akhirnya, saya berpamitan pulang juga, meminta maaf sebesar-besarnya sekali lagi dan berterimakasih atas kesabaran dan keramahannya. Saya meninggalkan uang yang ayah tinggalkan untuk saya kepada Tata, yang pada saat saya berpamitan, tersenyum dan mengucap terimakasih banyak. Seluruh isi rumah memberi salam keramahan pada kepergian saya. Chelsea sementara itu masih marah. Ia memalingkan wajah saat saya menyalaminya. Akhirnya, hari yang panjang ini berhasil saya lalui. Berkat dukungan pak Salome, teman-teman yang kepada mereka saya bercerita pagi ini, ayah, ibu, dan pak Ponari yang mengantar ayah saya, semua berhasil berjalan dengan baik. Namun, diatas semua itu, yang paling besar perannya adalah Tuhan. Saya berdoa, di tengah kegentaran dengan perasaan yang sedih dan penyesalan tak terkira, memohon supaya tak terjadi apa-apa pada Chelsea dan Tata, serta janin di dalam kandungan. Saya berdoa, Tuhan menjawab. Sungguh besar kuasa-Nya, saya takjub dan tunduk, bersyukur dengan sepenuh hati. Tuhan sungguh sangat baik. Ia menolong tepat pada waktunya. Ia tak membiarkan saya menanggung semuanya sendiri.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kejadian ini tentu merubah hidup saya. Kini saya takut berkendara dengan kecepatan lebih dari 60km/h. Saya lebih berhati-hati. Kini, saya sadar bahwa selama ini saya buang-buang waktu. Saya tidak pernah menanyakan kabar kepada ibu dan ayah. Saya menyesal harus menelepon mereka, setelah sekian lama tidak menelepon, dan mengatakan bahwa saya baru saja menabrak seorang perempuan hamil dan balita. Saya tidak akan mengulang ini. Saya mencintai keluarga saya, dan sudah seharusnya saya sering memperhatikan mereka. Kemudian, satu hal paling penting dari kejadian ini adalah bahwa saya perlu lebih mendekatkan diri pada Tuhan, lebih dekat. Sebab, Tuhanlah sumber hidup saya. Dialah pemberi kebahagiaan. Dialah sumber cinta kasih. Dialah pertolongan sejati.
---------------------------------------------------------
Terimakasih telah membaca sharing saya yang panjang ini. Tuhan memberkatimu dan segenap keluarga, sahabat-sahabat, serta orang-orang yang engkau cintai!!
Salam kasih!!







Tidak ada komentar:

Posting Komentar