Senin, 10 Februari 2014

Tentang 'Engkau'

Surat untuk 'engkau:' 
Wahai engkau yang seringkali membuatku sulit berkata-kata, tak sering namun juga tak jarang, engkau membawa seberkas cahaya untukku. Senyum dan tatapanmu selalu merubah banyak hal dalam pikiranku; membuatnya teracak-acak sehingga tak ada kata yang terpikirkan untuk membalas sapamu. Untuk ini, maaf. Sebenarnya ada banyak hal yang ingin kusampaikan. Hanya saja, aku ragu pada ruang dan waktu.
Sejauh pertemuan ini, engkau memberiku dua hal; yang begitu mengena dan tak terlupakan. Yang pertama adalah bahwa tasku yang berselempang satu, yang berwarna cokelat, cocok dengan kaos berkerah berwarna abu-abu. Kecil. Hal ini sederhana, tapi entah mengapa aku selalu mengingatnya. Yang kedua adalah bahwa ketika merasa panas berada di suatu ruangan, sebaiknya kita tidak mengipasi badan, karena itu hanya akan menunda panasnya. Jadi biarkanlah panas itu berdiam di tubuh untuk beberapa saat; lalu perlahan dan pasti akan hilang dengan sendirinya. Plus, bau ketek tak akan menyebar kepada orang lain. Hal yang kedua ini juga kecil, namun aku mengingatnya selalu.
Wahai engkau, setangkai bunga casablanca yang tumbuh di taman tetangga, engkau menaburkan aroma kebahagiaan. Wangi semerbak melintasi rumahku, warna putih yang lembut memancar; namun sayang, keinginanku untuk meraihmu akan membuat keindahan itu layu. Tak mungkin aku menyelinap dan mencabut si putih harum, karena itu hanya akan membuatnya layu, meski sudah ditanam lagi. Barangkali aku bisa menunggu sang bunga menghasilkan benih baru, lalu mengering. Kuharap angin, serangga, atau burung membawa benih benih itu ke tamanku, sehingga casablanca akan tumbuh lagi dan aku bisa memiliki  keindahan itu seutuhnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar