Kamis, 26 Februari 2015

Tentang Orang Tua dan Sakit

"Apakah ini tentang bagaimana segala sesuatu melewati hidup? Siang dan malam, tanpa istirahat,"
(Confucius, Guru jarang mengerjakan, Bab 9 alinea 16).
Kutipan dari Confucius dalam buku yang saya pinjam dari seorang teman saya ini mungkin dapat mewakili apa yang saya dan keluarga alami akhir-akhir ini. 

Karena kesibukan kuliah dan urusan pribadi, saya sering melewatkan kesempatan berkumpul dengan kawan-kawan lama saya. Sekitar dua minggu yang lalu, di akhir pekan, ketika ada kesempatan menghabiskan waktu bersama mereka, saya justru sibuk di kampung halaman karena acara keluarga. Seminggu kemudian, saya tidak ada waktu lagi untuk weekend. Nenek saya sakit dan harus menjalani serangkaian proses medis yang serius. Tidak ada yang memberitahu tentang apa sakitnya, yang jelas beliau harus opname di RS Syaiful Anwar Malang, di tempat khusus pasien penyakit dalam, dua hari yang lalu. Semua anggota keluarga membantu semampu mereka, namun hanya bibi saya yang paling muda yang bisa menemani nenek saya selama masa perawatan karena disamping peraturan yang hanya memperbolehkan satu orang saja yang menjaga di luar jam besuk, bibi saya ini satu satunya yang tidak terikat rutinitas harian. Jadi selama ini ia menjaga nenek siang dan malam, namun di akhir pekan ini saya akan menggantikannya sampai hari Minggu agar ia dapat beristirahat dan menghirup udara segar. Sungguh, hari-hari ini terasa berat. Namun beruntung saya sudah presentasi proposal skripsi kemarin; beruntung juga, saya tidak memiliki job seperti teman-teman saya yang seluruh waktunya tersita hingga depresi sehingga saya punya cukup waktu untuk membantu keluarga saya, khususnya nenek.

Saya juga bersusah hati, sama dengan yang lain. Karena, sosok nenek saya ini bukanlah sosok seorang yang tua, yang hanya dikunjungi ketika liburan atau akhir pekan, namun lebih dari itu. Kehadiran beliau sama berartinya dengan kehadiran ibu. Dulu di SMA, nenek yang sering mengunjungi saya di asrama karena pada waktu itu ibu bekerja di Malang dan bapak saya, meskipun ada di kota ini tapi tidak pernah berkunjung. Jadi, sangat menyedihkan sekali melihat beliau tidak sehat dan aktif seperti biasanya. 

Saya membaca blog teman karib saya dan seorang teman lama. Mereka juga mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan seperti saya akhir-akhir ini. Ayah mereka juga sedang menderita sakit. Namun, salah satu dari orangtua kawan saya ini berada di luar kota dan lumayan jauh. Mungkin hari-hari ini juga berat bagi kawan ini. Saya turut bersedih atas apa yang ia alami akhir-akhir ini. Namun, saya harap hari-harinya tidak suram dan tidak seperti apa yang saya katakan "mungkin" tadi, melainkan tetap penuh berkah dan kebaikan. Saya berharap rahmat Tuhan selalu menyertai segalanya. Semoga rahmat kesembuhan berserta orang tua- orang tua kami yang sakit. Amin. 

 Demikianlah, kawan. Demikianlah bagaimana saya akhir-akhir ini. Merasa bersedih, ya, saya mengakuinya. Namun, hari-hari ini juga ada banyak anugerah yang saya terima. Ada banyak rasa syukur yang saya ucapkan setiapkali saya sembahyang. Semoga, siapa saja yang juga mengalami hal berat di saat ini juga menerima banyak berkah dan kebaikan seperti saya.

1 komentar:

  1. i think the world has a way, of choosing the worst day, to knock us down, and drag us out. But every door that's closed, opens a new window. Keep strong, best ! :)

    BalasHapus