Jumat, 25 Juli 2014

Bising!

Aku tak bisa tidur
Orang ngomong, anjing menggonggong
Dunia jauh mengabur
Kelam mendinding batu
Dihantam suara bertalu-talu
Di sebelahnya api dan abu


Kesabaran-Chairil Anwar  (Bait I)

Kapan ya lingkungan ini tenang, diam tanpa suara?
Saya masih mengeluh lagi soal keheningan. Di kos-kosan saya, dari pukul satu pagi hingga tengah malam tak ada jeda untuk keheningan. Suara-suara keras dimana-mana; orang, binatang, mesin. Anjing mengonggong, orang bercakap dan berkelakar. Kendaraan berlalu-lalang. Pengeras suara terus menyala, menyebarkan suara ke segala penjuru. Saya kesulitan tidur. Untuk bisa berhasil masuk ke alam mimpi-pun saya harus memasang headset di telinga dan memutar musik supaya suara dari luar yang mengganggu tak masuk ke telinga (untuk tidurpun saya harus membuat kebisingan sendiri).
Keheningan itu sangat berarti bagi saya. Dulu saya pernah hidup dalam keheningan selama tiga tahun di masa SMA dan itu sangatlah menyenangkan. Ada banyak waktu hening, atau dulu lebih sering disebut silentium. Ada banyak waktu pula untuk bersenang-senang dan membuat kebisingan bersama. Keseimbangan dan ritme hidup sedemikian sangatlah menyenangkan.
Kini saya harus menyikapi kebisingan kehidupan ini sendiri. Beberapa teman lama juga merasakan hal yang sama. Kini kami sama-sama mencari, atau menemukan kembali keheningan dan kehidupan yang khidmat dan tenang. Keheningan itu suatu anugerah berharga, sama berharganya dengan emas dan talenta, dan kami ialah pencari harta berharga itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar