Minggu, 10 Mei 2015

Akhir Semester 6



Semester 6 ini mungkin semester yang paling berat dibanding semester lainnya. Dulu sering sekali ada keluhan tentang tugas, namun itu semua tidak ada apa-apanya jika dibanding semester ini. Ada 8 mata kuliah yang diajarkan dua dosen dan semua tugas akhirnya ialah essay. 2000 kata untuk masing-masing tugas dari dosen A, dan 4-5 halaman essay dari dosen B. Tanggal 8 yang lalu adalah pengumpulan terakhir tugas-tugas tersebut dan saya lega sekali dapat mengerjakan semuanya dengan baik.
Sekarang setelah selesai semester 6, saya dan semua teman sekelas akan menjalani masa magang (KKN) selama 6 minggu. Itu 5 hari lagi dan berarti masih ada sedikit waktu untuk berekreasi kecil sebelum menghadapi ujian lainnya itu. 

Saya tidak begitu peka terhadap pergantian waktu; dan karena inilah masa-masa kuliah terasa terlalu cepat habis. Rasanya sedikit tidak menyenangkan, namun saya bersyukur karena masih bisa bebas. Hal ini berkaitan dengan apa yang seseorang katakan kepada saya beberapa waktu yang lalu.

Beberapa Waktu yang Lalu

Di teras rumah seorang wanita bercerita kepada saya tentang kehidupannya di awal-awal pernikahan. Ia tidak begitu bahagia, sebab kehidupannya sekarang jauh berbeda dari dulu ketika ia masih bekerja di Jogjakarta. Menikah kira-kira tahun lalu; wanita ini tidak pernah membayangkan bahwa ia akan harus hidup di desa. Sebelumnya, ketika kuliah, ia sering menjelajahi kota bersama teman-temannya dan berekreasi ke tempat-tempat yang menyenangkan. Setelah lulus kuliah, iapun masih di kota itu, bekerja. 
"Hidup di kota menyenangkan," katanya.
"Pola pikir orang-orang sudah maju dan kita bisa bergaul dengan siapa saja tanpa ada banyak norma dan prasangka-prasangka orang lain seperti di desa," tambahnya.
Kini keadaan sudah berbeda jauh dari apa yang ia miliki. Setelah bertemu seorang pria di kota kelahirannya (sepupu saya), dan menikah bersamanya, kehidupan yang menyenangkan di kota sekejap hilang. Ia harus melepaskan pekerjaannya dan tinggal bersama sepupu saya di desa; dan tak pernah bisa bertemu dengan teman-temannya lagi di kota. Ia juga mengalami kesulitan untuk mencari pekerjaan di tempat yang baru. Jadi sekarang ia hanya di rumah, dan masih beradaptasi dengan lingkungannya yang baru; proses yang sangat sulit, katanya. 
"Orang-orang di desa kolot pemikirannya; Mereka terlalu banyak norma; sehingga pikiran mereka tidak terbuka; Disini sulit sekali mencari seseorang yang bisa diajak bicara;" demikian tuturnya. 
"Jadi, apa yang mbak lakukan ketika begitu kesepian?" Saya bertanya.
"Ini," katanya sambil menunjukkan group chat yang ia buat di Line bersama teman-temannya. Setelah itu ia terus bercerita; saya hanya mendengar, karena ada banyak sekali uneg-unegnya dan hanya sedikit sekali waktu yang tersedia sebelum suaminya datang. 
Ia mengungkapkan bahwa sebenarnya ia ingin kembali ke kota lagi bersama teman-temannya, karena disana masih ada banyak lowongan. Namun, sayang sekali ia tak bisa karena sudah empat bulan mengandung dan terikat pernikahan. 
Ia juga berpesan kepada saya agar menikmati masa-masa kuliah, selagi di kota dan masih bebas. 

Setelah beberapa menit, akhirnya si suami datang dan ia menghentikan ceritanya. Kemudian mereka berdua ngobrol. Saya pergi ke dalam rumah.

Saya merasa turut bersusah hati atas apa yang dialaminya itu, namun saya tidak merasa enak jika mencoba membantu wanita itu karena mereka menikah beberapa bulan yang lalu. Saya juga tidak mau mengganggu kehidupan sepupu saya. Mungkin mendengarkan sharing nya itu saja sudah cukup membantu baginya.